Friday, December 11, 2015

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EFEK ANASTESI PADA MENCIT

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Dalam ilmu farmasi terutama sebagai tenaga kefarmasian . Sudah seharusnya untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat. Pengenalan tentang obat yang dapat dilihat dari segi farmasetik, farmakodinamik, farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi. Praktikum kali ini akan membahas dalam bab farmakologi obat dengan sub- bab rute pemberian obat. Latar belakang pengangkatan materi ini adalah agar kita dapat mengetahui kaitan antara rute pemberian obat dengan waktu cepatnya reaksi obat  yang ditampakkan pertama kali. Di dalam farmakologi sebagai ilmu yang berbeda dari ilmu lain secara umum pada keterkaitannya yang erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik sangat sulit mengerti farmakologi tanpa mengetahuan tentang fisiologi tubuh , biokimia , dan ilmu kedokteran klinik. Dalam ilmu farmakologi mempunyai keterkaitan  khusus dengan ilmu farmasi atau tentang kefarmasian yait: ilmu cara membuat , menformulasi , menyimpan dan menyediakan obat.


1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara penanganan yang baik bagi hewan coba ?
b. Bagaimana cara mengetahui fisiologi hewan coba untuk dilakukan percobaan ?
c. Bagaimana pengaruh cara pemberian obat pada hewan coba ?
d. Bagaimana cara pemberian obat yang paling efektif untuk penanganan hewan coba ?

1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui cara-cara penanganan hewan coba dengan baik .
b. Untuk mengetahui syarat untuk dijadikan hewan coba .
c.Untuk mengetahui cara pemberian obat hewan coba .
d. Untuk mengetahui dosis yang diberikan pada hewan coba















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori
            Penanganan pada suatu hewan coba hendaklah dilakukan dengan  penuh rasa kasih sayang dan berprikemanusiaan . Di dalam menilai efek farmakologisnya suatu senyawa bioaktif dengan hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor , antara lain :
1.      Faktor internal pada hewan percobaan
2.      Faktor lain yaitu faktor lingkungan
3.      Keadaan faktor-faktorr ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan . Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses absorpsi terlebih dahulu kemudian sifat fisiologis yang berpengaruh, yaitu :
a.       Distribusi
b.      Absorbsi suatu senyawa bioaktif
c.       Cara atau rute pemberian senyawa bioaktif
Cara penanganan hewan coba , seperti pada mencit (Mus musculus ).Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut , fotobik , cenderung berkumpul sesamannya dan bersembunyi. Aktivitasnya dimalam hari lebih aktif .Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya . Cara memegang menyit yaitu , mencit dapat dipegang dengan memengang ujung ekornya dengan tangan kanan ,biarkan menjangkau / mencengkram alas yang kasar (kawat kandang ) kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat /setegang mungkin , ekor dipindahkan dari tangan kanan dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri, dengan demikian mencit telat terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan . Untuk volume maksimum yang bisa diberikan pada hewan coba mencit adalah mencit dengan berat 20-30g. Pemberian i.v 0,5 ml, i.m 0,05 ml, i.m 0,05 ml, i.p 10 ml, s.c 0,5-1 ml dan p.o 1 ml.
Rute pemberian obat (Routes of administration )merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda. Enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda .Hal-hal ini menyebutkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda  tergantung dari rute pemberian obat .(katzug,B.G,1989)
Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang diabsorbsi , dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. Efek sistemik diperoleh jika obat beredar keseluruh tubuh melalui peredran darah, sedang efek lokal adalah efek obat yang bekerja setempat misalnya salep. (Anief,1990)
Rute pemberian obat dengan cara :
1.      Pemberian oral: Dimasukkan dengan kanula perlahan-lahan kemudian diluncurkan ke langit-langit kea rah belakang sampai esophagus kemudian masuk kedalam lambung
2.      Pemberian intra peritorial : Dipegang kulit punggungnya kemudian disuntikka dengan bentuk sudut 100
3.      Pemberian subkutan : Penyuntikan dilakukan dibawah kulit
4.      Pemberian intramuscular :Penyuntikan pada otot paha
5.      Pemberian intravena : Penyuntikan pada vena ekor
2.2 Alat dan Bhan
Alat     : 1. Sonde
              2. Spuit 1 cc
              3. Stopwach
Bahan  : 1.Suspensi CTM IMG
              2. Mencit

2.3 Cara kerja
1.      Disiapkan hewan coba sejumlah 3 ekor mencit jantan
2.      Kelompok 1 diberi perlakuan peroral aquadest sebagai control negativ
3.      Kelompok 1 diberi ctm peroral sebagai control positif
4.      Catat dan amati efek terapinya














BAB III
HASIL
3.1Hasil Pengamatan
Mencit
Waktu pemberian obat
Waktu efek
waktu
Ket
Oral
11.43
12.13
30 menit
Mulai tidur
Injeksi
11.45
12.09
24 menit
Mulai tidur






















BAB 1V
PEMBAHASAN
4.1  Analisa data
Berdasarkan hasil  percobaan atau praktikum pengaruh cara pemberian obat terhadap mencit dengan perlakuan peroral aquadest sebagai control negatifdan cholampeniramin maleat sebagai control positif dan juga melalui subkutan.
Pertama – tama yang dilakukan salah satu mencit diberi tnda merah ( untuk perlakuan peroral) ffungsi dari pemberian tanda adalah untuk membedakan mana mencit yang diberi melalui subkutan sehingga tidak keliru dalam pengamatan atau mempermudah dalam pengamatan.
Pada mencit yang diberi tanda warna merah diberi chlorpeniramin maleas , sebanyak 0,5 ml dengan alat suntik yang berujung tumpul (sonde) kemudian dimasukkan mulut secara perlahan –lahan diluncurkan langit-langit ke bagian belakang samapai esophagus kemudian masuk ke lambung pada jam 11.43, perlakuan mencit menit ke nol masih aktif, lincah , peka terhadap rangsangan dan pada menit ke 20 mencit mulai malas , pergerakan lambat, lebih senang diam dan pada menit ke 30 mencit tertidur dan waktu yang dibutuhkan untukmenimbulkan efek adalah 30 menit.
Sedangkan pada mencit kedua diberi melalui subkutan dengan penyuntikan dilakuakan dibawah kulit, pada kulit tengkuk di cubit diantara jempol dan telunjuk kemudian jarum disuntikkan dibawah kulit diantara jarum tersebut pada jam 11.45. Perlakuan mencit pada menit ke nol sama dengan pemberian peroral, mencit masih lincah dan aktif seperti menggaruk-garukdan jalan kesana-sini , pada menit ke 15 mencit mulai merasa lelah , lebih senang diam dan sesekali berjalan pindah tempat , pada menit 24 mencit mulai tertidur dan efek waktu yang dibutuhkan  menimbulkan efek 24 menit.
4.2  Analisa Hasil
Berdasarkan analisa data dapat diperoleh bahwa pada encit pertama diberi tanda merah yang melalui peroral membutuhkan waktu 30 menit dikarenakan obat dapat menimbulkan efek  pada peroral kurang lebih 30 menit dikarenakan obat dapat menimbulkan efek pada peroral kurang lebih 30 menit karena obat tersebut harus melewati banyak rute yaitu melalui mulut-esofagus-lambung-dimetabolisme di hati-usus kemudian diedarkanke tubuh dan yang terakhir diekresi , pada perlakuan peroral memerlukan waktu agak lama untuk mencapai efek terapinya.
Sedangkan mencit kedua pemberian melalui subkutan ( injeksi )lebih cepat yaitu 24 menit dibandingkan peroral karena tidak melalui system sistemik tetapi langsung melalui peredaran darah dan disebarkan keseluruh tubuh sehingga menimbulkan efek lebih cepat. Tetapi pada praktikum yang dilakukan pada mencit kedua efeknya kurang cepat karenalebih dari 15 menit, hal ini disebabkanbebrapa faktor yaitu dosisnya yang kurang tepat dengan berat mencit, umur mencit dan perlakuan dalam percobaan.


BAB V
KESIMPULAN
a.       Cara penangganan hewan yang baik dengan berperikemanusiaan dan dapat dipeang dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk memegang tengkuknya , ekor dipindah ke tangan kiri dijepit diantara jari kelingking dan jari telunjuk.
b.      Umur , berat badan dan perlakuan dalam percobaab dapat mempengaruhi keefektifan obat
c.       Pemberian hewan coba melalui oral(dimasukkan ke dalam mulut perlahan lahan sampai esophagus kemudian masuk ke lambung) dan subkutan (dibawah kulit ).
d.      Penggunakan chlorampeniramin maleas 4 mg sebanyak 0,5 ml

























No comments:

Post a Comment