Tuesday, June 13, 2017

ALASAN PEMILIHAN BAHAN - sundy

ALASAN PEMILIHAN BAHAN
1.      Alpha tocoferol
Fungsinya : Sebagai antioksidan Alasan penambahan : Digunakan tocoferol sebagai antioksidan karena tocoferol mempunyai kemampuan untuk mencegah oksidasi dari lemak dan minyak yang dapat menyebabkan bau tengik pada sediaan dan tocoferol juga dapat berfungsi sebagai vitamin E, sehingga dapat menambah asupan vitamin.
2.      Asam benzoate
Fungsinya : Sebagai pengawet Alasan penambahan : Digunakan asam benzoate sebagai pengawet karena baik untuk  penggunaan oral dan tidak OOT dengan bahan lain
3.      Asam sitrat
Fungsinya : Sebagai penambah rasa Alasan penambahan: Dapat memberikan sensasi asam pada sediaan sehingga rasa tidak enak pada minyak ikan dapat ditutupi oleh asam sitrat dan memberikan sensasi rasa jeruk
Menurut EXP hal. 140-141
   Asam sitrat digunakan sebagai penambah rasa karena asam tart monohidrat. Asam sitrat juga digunakan sebagai agen sugestering dan anti oksidan sinergis itu adalah komponen sitrat antikoagulat.
-  Menurut Ansel hal. 32
   Asam sitrat digunakan sebagai sumber perencah dan rasa pahit.
-  Menurut Martindale hal. 559
   Asam hidrat / asam sitrat monohidrat digunakan sebagai untuk meningkatkan efek anti oksidan.
-  Menurut www.unhas .co.id
   Asam sitrat digunakan sebagai bahan pengasam. Asam sitrat menurunkan pH medium, menstabilkan warna, memberikan flavor (rasa) tertentu mengikat logam Fe dan Mg dan menghambat pertumbuhan mikroba.
-  Menurut RPS 18th hal. 132.
   Kelarutan 1 gram dalam air 0,5 mg alcohol atau sekitar 300 ml eter larut dalam etanol bebas menggunakan dalam antikoagulan sitrat preparation dari solusi dekstrose antikoagulan sitrat, phosphate, sitrat, antikoagulan.

4.      BHT
Kegunaan                    : hydroxytoluene Butylated digunakan sebagai antioksidan di dalam kosmetika, makanan, dan obat-obat dalam farmasi. Yang sebagian besar digunakan untuk penundaan atau mencegah ketengikan oksidatif lemak-lemak dan minyak dan untuk mencegah hilangnya aktivitas vitamin pada minyak yang terlarut.
5.      Gliserin
Fungsinya : Sebagai stabilisator emulsi dan kosolven Alasan penambahan: Digunakan gliserin dalam formulasi karena gliserin memiliki multi fungsi selain sebagai stabilisator emulsi, gliserin juga dapat berfungsi sebagai pengawet, pemanis, dan juga dapat meningkatkan viskositas
6.      Nipagin
Nipagin (pengawet fase air) dipilih dalam formulasi ini karena nipagin meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah timbulnya kontaminasi mikroorganisme .Penggunaan aquades dalam sediaan emulsi menyebabkan  sediaan bersifat menjadi basa sehingga memicu tumbuhnya bakteri  sehingga nipagin disini berfungi sebagai pengawet dan antioksidan.
7.      Nipasol
Nipasol( pengawet fase minyak)  dipilih karena sebagai bahan pengawet bila dikombinasikan dengan nipagin akan memberikan fungsi sebagi anti mikroba yang optimal.
8.      Pasta orange
Fungsinya : zat pewarna 
9.      PGA
Fungsinya : Sebagai emulgator dengan konsentrasi 10-20 % Alasan penambahan: Dipilih gom arab, karena memiliki daya sebagai emulgator yang  baik sehingga dapat menghasilkan emulsi yang baik, serta viskositas yang dihasilkan cukup tinggi
10.  Sirupus simplex
Fungsinya : Sebagai pemanis
Alasan penambahan: Digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dari zat aktif serta untuk meningkatkan penerimaan konsumen. Penambahan sirupus simplex juga dapat menaikkan viskositas dari sediaan
11.  Sukrosa
-  Menurut Ansel hal. 328
   Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam sirup-sirup walaupun dalam keaadan khusus dapat diganti sirup-sirup walaupun seluruhnya atau sebagian dengan gula-gula lainnya seperti dextrose, atau bukan seperti gliserin, sorbitol dan propilenglikol.
-  Menurut OOP hal. 833
   Sukrosa (sakarosa – gula putih) terdiri dari 1 mol fruktosa laktosa (gula susu) 1 glukosa dan maltosa (gula malt) 2 molekul glukosa dalam usus. Zat ini dihidrolisa oleh enzim menjadi monosakarida.
-  Menurut EXP
   Sukrosa digunakan dalam formulasi farmasi. Sukrosa sirup mengandung 50-67 % w/w sukrosa sirup digunakan sebagai kendaraan dalam bentuk sediaan cairan oral untuk meningkatkan viskositas.
-  Menurut R. Voight hal. 392
   Kandungan sirup yang tercantum dalam FI adalah 60, 65% akan tetapi umumnya diantara 60 dan 65%, hal ini berkaitan dengan daya tahan sediaannya larutan gula yang jenuh (kira-kira 60%) tidak memungkinkan pembentuk jarum oleh karena larutan berkonsentrasi tinggi air yang diperlukan bagi perkembangbiakan mikro organisme akan hidup melalui proses osmosis.
-  Menurut RPS 18th hal. 1298
   Persiapan komersial dari tebu. Tebu adalah satu-satunya sumber. Tetapi saat ini akan beta vulgaris digunakan sebagian besar di eropa digunakan terutama untuk memberikan viskositas dan konsentrasi cairan. Kelarutannya : 1 gr dalam 0,5 ml air. 170 ml dalam alcohol atau lebih baik sedikit 0,2 ml dalam air panas, tidak larut dalam kloroform.
12.  Talkum
-  Menurut R. Voight hal. 115
   Talk adalah mg.hidroksi alam yang terasa seperti lemak. Talk netral secara kimia, tidak larut dalam air dan asam sebagai komponen utama bubuk. Talk memiliki daya mengalir dan lekat baik, penambahan talk mampu memperbaiki daya mengalir basis lainnya.
-  Menurut EXP hal. 555
   Talk adalah zat tambahan yang digunakan untuk memodifikasi cairan dan juga digunakan terutama untuk itu adalah property, pelumas, kosmetik dan produk makanan.
-  Menurut RPS 18th hal.1327
   Bila digunakan sebagai media filtrasi yang mengklasifikasi bentuk bubuk kasar lebih disukai dari pada dibagian, meminimalkan pori-pori kertas filter untuk tujuan ini mungkin digunakan untuk semua kelas tanpa persiapan bahaya resistensi absorbsi atau prinsip-prinsip aktif.
13.  Tinctur Kulit Jeruk
-  Menurut RPS 18th hal.1296
   Pembuatan kulit jeruk secara bertahap ditambahkan 400 ml dan air murni kemudian disaring kembali bagian pertama filtrate ad menjadi jelas dan mencuci mortar dan filter dengan air yang cukup untuk membuat filtrat ukuran 450 ml membubarkan sukrosa dalam filtrat ini oleh agitas tanpa pemanasan dalam melembabkan.
   Catatan : tidak menggunakan terlebih thym syrup yang memiliki bau atau rasa atau menunjukkan dari kerusakan.
-  Menurut Ansel hal. 327
   Sirup dengan bahan sukrosa ini mengandung tingtur kulit buah jeruk manis. Asam sitrat sebagai sumber utama perencah dan rasa pahit. Rasa sirup ini adalah mirip sari jeruk manis dan merupakan pembawa yang baik untuk obat-obat stabil dalam media asam.
-  Menurut Parrot hal. 172
   Sirup jeruk adalah contoh suatu sirup yang disiapkan perdagan tanpa panas. Jeruk yang manis mengupas larutan obat dalam alcohol dan asam sitrat berkenaan dengan jeruk bercampur dengan talk dan membersihkan air secara angsur-angsur ditambah dengan peradangan serviks. Talk akan didistribusikan oleh minyak jeruk dan untuk menopang hasil filtrate. Campuran disaring dan sukrosa ditambahkan kedalam air jaringan panas dihindarkan untuk menghindari menguapnya kulit jeruk.

14.  Natrium Sitrat
Menurut Farmakologi dan terapi hal.813
Natrium sitrat dalam darah akan meningkat, kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfuse darah karena tidak toksik.

ZAT TAMBAHAN
  Zat untuk memperbaiki konsistensi Konsistensi sediaan topical diatur untuk mendapatkan bioavabilitas yang maksimal, selain itu juga dimaksudkan untuk mendapatkan formula yang “estetis” dan “acceptable”. Konsistensi yang disukai umumnya adalah sediaan yang dioleskan, tidak meninggalkan bekas, tidak terlalu melekat dan berlemak. Hal yang penting lain adalah mudah dikeluarkan dari tube. Perbaikan konsistensi dapat dilakukan dengan mengatur komponen sediaan emulsi diperhatikan ratio perbandingan fasa. Untuk krim adalah jumlah konsentrat campuran zat pengemulsi.
2.     Zat pengawet.
Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme. Karena pada sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka pada sediaan ini mudah ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu penambahan zat yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Zat pengawet yang digunakan umumnya metil paraben 0.12 % sampai 0,18 % atau propil paraben 0,02% - 0,05 %.
3.     Pendapar
Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga stabilitas sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif. Pemilihan pendapar harus diperhitungkan ketercampurannya dengan bahan lainnya yang terdapat dalam sediaan, terutama pH efektif untuk pengawet. Perubahan pH sediaan dapat terjadi karena: perubahan kimia zat aktif atau zat tambahan dalam sediaan pada penyimpanan karena mungkin pengaruh pembawa atau lingkungan. Kontaminasi logam pada proses produksi atau wadah (tube) seringkali merupakan katalisator bagi pertumbuhan kimia dari bahan sediaan.
4.     Pelembab
Pelembab atau humectan ditambahkan dalam sediaan topical dimaksudkan untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh zat tambahan ini adalah: gliserol, PEG, sorbitol.
5.     Pengompleks (sequestering)
Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat membentuk kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan, timbul pada proses pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik. Contoh : Sitrat, EDTA, dsb.
6.     Anti Oksidan
Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi, antioksidan terbagi atas : a. Anti oksidan sejati (anti oksigen) Kerjanya: mencegah oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas dan mencegah reaksi cincin. Contoh: tokoferol, alkil gallat, BHA, BHT. b. Anti oksidan sebagai agen produksi. Zat-zat ini mempunyai potensial reduksi lebih tinggi sehingga lebih mudah teroksidasi dibandingkan zat yang lain kadang–kadang bekerja dengan cara bereaksi dengan radikal bebas. Contoh; garam Na dan K dari asam sulfit. c. Anti oksidan sinergis. Yaitu senyawa yang bersifat membentuk kompleks dengan logam, karena adanya sedikit logam dapat merupakan katalisator reaksi oksidasi. Contoh: sitrat, tartrat, EDTA.

7.     Peningkat Penetrasi. Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat yang terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat dermal (kulit).

Monday, February 20, 2017

GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

MAKALAH SWAMEDIKASI

GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

DISUSUN OLEH :
1.      Brilian P
2.      Headwiq Indriastina Lissundy
3.      Nur Indah
4.      Yosi Dwi
5.      Silvia Tri Dewi

S 1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT LMU KESEHATAN BHAKTI  WIYATA
KEDIRI
2016 / 2017


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang –tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).
Sistem muskuloskeletal pada manusia adalah seluruh kerangka manusia dengan seluruh otot yang menggerakkannya dengan tugas melindungi organ vital dan bertanggung jawab atas lokomosi manusia. Lokomosi ialah pergerakan berbagai otot yang dapat menggerakkan anggota badan dalam lingkup gerakan sendi tertentu. Jadi yang dimaksud dengan sistem muskuloskeletal mencakup semua struktur tulang, sendi, otot, dan struktur terkait seperti tendon, ligamen serta sistem saraf perifer.
Sistem muskuloskeleta terdiri atas  :
1.      206 tulang, yang merupakan penyokong gerakan tubuh dan melindungi organ internal.
2.      Sendi yang memungkinkan gerakan tubuh dua atau tiga dimensi.
3.      Otot, yang memmungkinkan gerakan tubuh dan internal.
4.      Tendon dan ligamen, yang menghubungkan tulang dengan otot.
1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sistem muskuloskeletal?
2.      Apa yang dimaksud dengan gangguan muskuloskeletal?
3.      Bagaiman penatalaksanaan gangguan muskuloskeletal?
1.3.Tujuan
1.      Mengetahui dan memamahami mengenai sistem muskuloskeletal
2.      Mengetahui dan memahami gangguan muskuloskeletal
3.      Mengetahui cara penatalaksanaan gangguan muskuloseletal



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi Sistem Muskuloskeletal
Sistem Muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi (Sloane, ethel. 2004)
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25 % berat badan. Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ – organ penting dalam tubuh seperti jantung, paru, otak. Tulang berfungsi juga memberikan bentuk serta tempat melekatnya otot sehingga tubuh kita dapat bergerak, disamping itu tulang berfungsi sebagai penghasil sel darah merah dan sel darah putih ( tepatnya di sumsum tulang ) dalam proses yang disebut hematopoesis. Tubuh kita tersusun dari kurang lebih 206 macam tulang, dalam tubuh kita ada 4 katagori yaitu tulang panjang, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang tidak beraturan (Roesyie, 2013).
2.2 Otot
A.    Definisi Otot
Otot(muscle) jaringan tubuh yg berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan  Rangka (skeletal) bagian tubuh yg tdd tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sbg tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi (Sloane, ethel. 2004)
Otot merupakan spesialis kontraksi tubuh Merupakan jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik atau gerak, sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka. Merupakan alat gerak aktif yang dapat berkontraksi Merupakan organ yang memungkinkan gerakan rumit baik secara sadar atau secara tidak sadar , seperti kontraksi otot jantung atau gerakan peristalsis pada kerongkongan.
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit. (Sherwood, 2001)
B.     Fungsi sistem muskuler/otot:
a.       Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
b.       Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
c.        Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk mepertahankan suhu tubuh normal.
C.    Ciri-ciri sistem muskuler/otot:
a.       Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak melibatkan pemendekan otot.
b.       Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf.
c.        Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi panjang otot saat rileks.
d.       Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau meregang.
D.    Jenis-jenis otot
1.         Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
a.         Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot.
b.        Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak nukleus ditepinya.
c.         Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang disebut dengan myofibril.
d.        Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda ukurannya :
-       yang kasar terdiri dari protein myosin
-       yang  halus terdiri dari protein aktin/actin.
2.      Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral. Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil.
Struktur Mikroskopis Otot Polos
a.         Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh myofilamen-myofilamen.


Jenis otot polos
Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk berkontraksi.
a.       Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah besar, pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut.
b.      Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan dinding organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari aktivitas listrik spontan.
3.      Otot Jantung
a.       Merupakan otot lurik
b.      Disebut juga otot seran lintang involunter
c.       Otot ini hanya terdapat pada jantung
d.      Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
E.     Kerja Otot
a.       Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)
b.      Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
c.       Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
d.      Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
e.       Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)
f.       Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)


F.     Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau
G.    Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
a.        Ligamen Tipis
Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan
b.      Ligamen jaringan elastik kuning.
Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus dan memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.
2.2 Skeletal (Sherwood, 2001)
A.    Tulang/ Rangka
        Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang. Tubuh kita memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian terpenting adalah tulang belakang.
B.     Fungsi Sistem Skeletal :
1.         Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
2.         Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot-otot yang.
3.         Melekat pada tulang
4.         Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan salah satu jaringan pembentuk darah.
5.         Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti calcium daridalam darah misalnya.
6.         Hemopoesis
C.    Struktur Tulang
1.      Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak hidup (matriks).
2.      Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang).
3.      Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam mineral.
4.      Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas baru akan dibentuk.
5.      Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi osteosit (sel tulang dewasa).
6.      tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel perusakan tulang).
D.    Jaringan tulang terdiri atas :
a.        Kompak (sistem harvesian à matrik dan lacuna, lamella intersisialis)
b.       Spongiosa (trabecula yang mengandung sumsum tulang dan pembuluh darah).
E.     Klasifikasi Tulang berdasarkan penyusunnya
1.   Tulang Kompak
a.     Padat, halus dan homogen
b.    Pada bagian tengah terdapat medullary cavity yang mengandung ’yellow bone marrow”.
c.     Tersusun atas unit : Osteon à Haversian System
d.    Pada pusat osteon mengandung saluran (Haversian Kanal) tempat  pembuluh darah dan saraf yang dikelilingi oleh lapisan konsentrik (lamellae).
e.     Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh membran tipis yang disebut periosteur, membran ini mengandung:
§   Bagian luar percabangan pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang
§   Osteoblas
2.   Tulang Spongiosa
a.     Tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut trabekula.
b.    Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan.
c.     Rongga antara trebakula terisi ”red bone marrow” yang mengandung pembuluh darah yang memberi nutrisi pada tulang.
d.    Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang belakang, tengkorak dan pada ujung tulang lengan dan paha.
F.     Pembagian Sistem Skeletal
1.      Axial / rangka aksial, terdiri dari :
a.         Tengkorak kepala / cranium dan tulang-tulang muka
b.         Columna vertebralis / batang tulang belakang
c.         Costae / tulang-tulang rusuk
d.        Sternum / tulang dada
2.    Appendicular / rangka tambahan, terdiri dari :
a.         Tulang extremitas superior
1)      korset pectoralis, terdiri dari scapula (tulang berbentuk segitiga) dan clavicula (tulang berbentuk lengkung).
2)      lengan atas, mulai dari bahu sampai ke siku.
3)      lengan bawah, mulai dari siku sampai pergelangan tangan. tangan
b.         Tulang extremitas inferior: korset pelvis, paha, tungkai bawah, kaki.
2.3 Sendi
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian rupa, sehingga dimaksudkan untuk memudahkan terjadinya gerakan.
1.      Synarthrosis (suture)
Hubungan antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan, strukturnya terdiri atas fibrosa. Contoh: Hubungan antara tulang di tengkorak.
2.      Amphiarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat digerakkan, strukturnya adalah kartilago. Contoh: Tulang belakang
3.        Diarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan, yang terdiri dari struktur sinovial. Contoh: sendi peluru (tangan dengan bahu), sendi engsel (siku), sendi putar (kepala dan leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari).
2.4  Pengertian Gangguan Muskuloskeletal
      Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan pada bagian-bagian dari otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi , ligamen atau tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan muskuloskeletal  disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1.    Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot meneritoma beban statis, namun demikian keluhan tersebuta akan segera hilang apabila pemberian beban dihentikan
2.    Keluhan tetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pemberian beban kerja telah dihentikan , namun rasa sakit pada otot tersebut terus berlanjut.
            Gangguan muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mengganggu fungsi sendi, ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang. Sistem muskuloskeletal Anda melibatkan struktur yang mendukung anggota badan, leher dan punggung. 
            Gangguan muskuloskeletal seringnya merupakan penyakit degeneratif, penyakit yang menyebabkan jaringan tubuh Anda rusak secara lambat laun. Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan Anda untuk bergerak, yang dapat mencegah Anda dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
            Gangguan muskuloskeletal dapat mempengaruhi setiap area dalam tubuh. Bagian utama termasuk leher, bahu, pergelangan tangan, punggung, pinggul, lutut, dan kaki. Beberapa gangguan umum termasuk:
  1. nyeri pada punggung bagian bawah
  2. fibromyalgia
  3. encok
  4. osteoarthritis
  5. radang sendi
  6. tendinitis
2.5  Faktor Penyebab Keluhan Pada Gangguan Muskuloskeletal (Doenges, 1999)
Faktor Penyebab Keluhan Pada Sistem Muskuloskeletal menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal yakni,:
1.      Peregangan Otot yang Berlebihan. Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja yang aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Hal ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot dan bila sering dilakukan maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.
2.      Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan mancangkul, membelah kayu besar, angkat-angkat dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3.       Sikap Kerja Tidak Alamiah. Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja
4.       Faktor Penyebab Sekunder
a.       Tekanan: Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat dan apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang  menetap.
b.      Getaran: Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma’mur, 1995).
c.       Mikroklimat: Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai oksigen kerja otot. Akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen kerja otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.

d.      Penyebab Kombinasi
Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa faktor resiko dalam waktu yang bersamaan misalnya pekerja harus melakukan aktivitas angkat angkut dibawah tekanan panas sinar matahari seperti yang dilakukan para pekerja bangunan.
Faktor  terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal diatas, beberapa ahli menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal.
1.      Umur. pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan san ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat.
2.      Jenis Kelamin. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria. Astrand & Rodahl (1996) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua per tiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya otot pria pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.
3.      Kebiasaan Merokok. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Hal ini terkait erat dengan kesegaran tubuh seseorang. Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila yang bersangkutan harus melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandunagn oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
4.      Kesegaran Jasmani. Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan dalam seseorang yang aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, disisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot.
5.      Kekuatan fisik. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, namun penelitian lainnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kekuatan fisik dengan keluhan otot skeletal. Terlepas dari perbedaan kedua hasil penelitian tersebut diatas, secara fisiologis ada yang dilahirkan dengan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya. Dalam kondisi kekuatan yang berbeda, apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, jelas yang mempunyai kekuatan rendah akan lebih rentan terhadap resiko cedera otot. Namun untuk pekerjaan- pekerjaan yang tidak memerlukan pengerahan tenaga, maka faktor kekuatan fisik kurang relevan terhadap resiko keluhan sistem muskuloskeletal.
6.      Ukuran Tubuh (antropometri). Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan masa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal. Apabila dicermati, keluhan sistem muskuloskeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka didalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya. Sebagai contoh, tubuh yang tinggi pada umumnya mempunyai bentuk tulang yang langsing sehingga secara biomekanik rentan terhadap beban tekan dan rentan terhadap tekukan, oleh karena itu mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal.
2.6  Gejala
Gangguan muskuloskeletal juga menyebabkan peradangan di banyak bagian tubuh yang berbeda. Orang dengan gangguan muskuloskeletal mungkin merasa sakit di seluruh tubuh mereka. Otot-otot mungkin terasa panas atau berkedut seolah-olah mereka seperti ditarik. Gejala akan bervariasi pada setiap orang, tetapi tanda-tanda dan gejala umum termasuk:
a.     Nyeri/ngilu
b.     Kelelahan
c.     Gangguan tidur
d.     Peradangan, pembengkakan, kemerahan
e.     Penurunan rentang gerak
f.      Hilangnya fungsi
g.     Kesemutan
h.     Mati rasa atau kekakuan
i.       Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman menurun
2.7  Macam – macam gangguan muskuloskeletal
Musculoskeletal disorders dapat terjadi pada low back region, intervertebral discs, neck, elbow, maupun shoulder (Tambayong, Jan. 200) :
1.         Low-back region
Penyakit yang sering terjadi pada low-back region yaitu low-back pain. Gejala low-back pain berupa sakit pinggang atau nyeri punggung.
Faktor risiko di tempat kerja:
a.    Beban kerja fisik yang berat, seperti terlalu sering mengangkat atau mengangkut, menarik, dan mendorong benda berat.
b.    Posisi tubuh yang terlalu lama membungkuk ataupun posisi tubuh lainnya yang tidak wajar,
c.    Terlalu lama mengendarai kendaraan bermotor.
d.   Faktor psikososial di tempat kerja, seperti pekerjaan yang monoton, bekerja di bawah tekanan, atau kurangnya dukungan sosial antar pekerja dan atasan.
2.    Intervertebral Discs
      Penyakit yang sering terjadi diantaranya:
a.       Skoliosis: adalah keadaan melengkungnya tulang belakang seperti huruf ’S’, dimana intervertebral discs dan tulang vertebra retak.
b.      Spondylolisthesis: terjadinya pergeseran tulang vertebra ke depan sehingga posisi antara vertebra yang satu dengan yang lain tidak sejajar. Diakibatkan oleh patah pada penghubung tulang di bagian belakang vertebra.
c.       Ruptur: karena pecahnya anulus posterior akibat aktifitas fisik yang berlebihan.
d.      Spinal stenosis: adalah penyempitan pada sumsum tulang belakang yang menyebabkan tekanan pada serabut saraf spinal.
Faktor risiko:
a.       Beban/tekanan: posisi saat duduk dapat menekan tulang belakang 5 kali lebih besar daripada saat berbaring.
b.      Merokok
c.       Terpapar dengan vibrasi/getaran pada level tinggi, yaitu 5 – 10 Hz (biasanya dihasilkan dari kendaraan).
3.    Neck
      Penyakit yang sering muncul diantaranya:
a.    Tension neck: terjadi karena pemusatan tekanan leher pada otot trapezeus
b.    Acute torticollis: adalah salah satu bentuk dari nyeri akut dan kaku leher
c.    Acute disorder: terjadi karena hilangnya resistensi vertebra torakalis terhadap tekanan ringan
d.   Choronic disorder: karena adanya penyempitan diskus vertebralis
e.    Traumatic disorder: dapat disebabkan karena kecelakaan



Faktor risiko di tempat kerja:
a.       Sering terjadi pada pekerja VDU (Visual Display Unit), penjahit, tukang perbaikan alat elektronik, dokter gigi, pekerja di pertambangan batu bara
b.      Pekerjaan entri data, mengetik, menggergaji (manufaktur), pemasangan lampu, rolling film
c.       Pekerjaan-pekerjaan di atas menyebabkan leher berada pada satu posisi yang sama dalam waktu yang lam sehingga otot leher megalami kelelahan.
d.      Pekerjaan dengan gerakan berulang pada tangan.
e.       Terpajan oleh vibrasi: penggunaan mesin bor atau mesin lainnya yang mengeluarkan vibrasi.
f.       Pengorganisasian kerja: durasi pekrjaan yang lama (over time), waktu istirahat (jeda) yang singkat.
g.      Faktor psikologi dan sosial: stres, kurangnya kontrol terhadap organisasi kerja, kurangnya relasi antara managemen dan sesama pekerja, pekerjaan yang menuntut keakuratan dan kecepatan kerja.
4.    Elbow
      Penyakit yang sering terjadi:
a.         Epicondylitis: adalah kondisi yang sangat menyakitkan dimana otot yang menggerakkan tangan dan jari bertemu dengan tulang.
b.         Olecranon Bursitis: merupakan perdangan yang terjadi di olecranon bursa (kantong cairan dibagian dorsal siku), karena trauma berulang kali dan infeksi.
c.         Osteoarthrosis: kerusakan kartilago di siku, jarang terjadi pada orang usia 60 tahun kebawah.
Faktor risiko:
a.         Pekerjaan yang menggunakan pergelangan tangan dan jari secara berulang dan penuh tenaga (hand-intensive tasks).
b.         Penggunaan peralatan tangan atau pekerjaan manual yang berat secara intensif, misalnya di pertambangan dan konstruksi
c.         Vibrasi
d.        Trauma
5.    Shoulder
      Penyakit yang sering terjadi di tempat kerja:
a.    Rotator cuff disorder and biceps tendinitis: dimana terjadi peradangan pada tendon dan membran sinovial
b.    Shoulder joint and acromioclavicular joint osteoarthritis: adalah penurunan komponen kartilago dan tulang pada penghubung dan intevertebral discs.
Faktor risiko:
a.       Pekerjaan yang sering mengangkat/menaikkan tangan dengan durasi yang panjang, misalnya pada industri otomotif.
b.      Menggerakkan pergelangan tangan dan jari secara berulang dan sepenuh tenaga, misalnya pada penjahit.
c.       Mengangkat benda berat dan menggunakan peralatan yang berat disertai vibrasi pada lengan, misalnya pada pekerja kontruksi.
d.      Melakukan gerakan flexi dan abduksi secara berulang, misalnya pada pelukis, tukang kayu, dan atlet.
            Penyakit Lain yang Berhubungan dengan Musculoskeletal:
1.    Primary Fibomyalgia: penyebab penyakit ini tidak diketahui. Ditandai dengan rasa lelah yang menyerang pada pagi hari, dengan gejala: lemas, kaku, dan bengkak pada jari.
2.    Rheumatoid Athritis: Penyakit rematik yang juga bisa menyerang tulang dan persendian. Kebanyakan terjadi pada wanita umur 30-50 tahun. Penyebabnya tidak diketahui. Dengan gejala: bengkak pada sendi-sendi jari, kelemahan pada kaki, dan demam rendah.
3.    Gout atau asam urat: terjadi karena adanya gangguan metabolisme sehingga menyebabkan peradangan pada sendi, terutama terjadi pada laki-laki.
4.    Osteoporosis: penyakit kelainan pada tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang, kerusakan tubuh atau arsitektur tulang sehingga tulang mudah patah.. Terjadi karena kurangnya intake kalsium, kebiasaan merokok, konsumsi kopi, dan barat badan dibawah rata-rata.
5.    Kanker tulang: sering menyerang anak kecil dan remaja, penyebabnya tidak diketahui.
6.    Osteomyelitis: infeksi tulang karena bakteri, jamur atau virus. Risiko meningkat pada penderita diabetes.   
7.    Rakhitis merupakan penyakit tulang yang disebabkan kekurangan vitamin D. Vitamin D berperan dalam proses penimbunan senyawa kapur di tulang. Kekurangan vitamin D akan menyebabkan tulang menjadi tidak keras. Pada penderita rakhitis terlihat bagian kaki (tulang tibia dan fibula) melengkung menyerupai huruf X atau 0
8.    Mikrosefalus merupakan gangguan pertumbuhan tulang tengkorak sehingga kepala berukuran kercil. Kepala berukuran kecil karena pertumbuhan tulang tengkorak pada masa bayi kekurangan kalsium.
Strategi pencegahan
a.    Membuat daftar faktor-faktor risiko di tempat kerja yang mungkin dapat menyebabkan penyakit pada muskuloskeletal, sehingga dapat dilakukan eliminasi atau minimalisasi terhadap faktor ”exposure”.
b.    Setiap pekerjaan harus diselidiki fakor risikonya apabila terdapat pekerja yang rentan atau mengalami masalah pada anggota tubuhnya.
c.    Setiap pekerjaan juga harus diselidiki apabila terdapat perubahan pada standar kerja, prosedur, atau peralatan sehingga faktor risiko dapat diminimalisasi.
d.   Design kerja yang baik (layout tempat kerja, frekuensi dan durasi kerja).
e.    Misalnya pada pekerja VDU (Visual Display Unit), harus lebih diperhatikan pencahayaan dan kontrasnya, jarak antara mata dengan monitor sekitar 45 – 50 cm, dan sudut pandang sekitar 10° - 20°.
f.     Melakukan intervensi dini dan menjalankan ”safety rules”.
g.    Memberikan edukasi dan pelatihan-pelatihan kepada pekerja agar mereka dapat bekerja secara tepat dan aman.
h.    Memberikan variasi pekerjaan agar tidak monoton.
i.      Mengurangi intensitas kerja.
j.      Organisasi kerja yang baik, misalnya jeda atau istitahat yang sering untuk menghindari kelelahan. Contohnya pada pekerja VDU, istirahat selama 10 menit setiap jam, dan membatasi kerja maksimal 4 jam per hari.
k.    Posisi kerja yang ergonomis.
2.8  Langkah Mengatasi Keluhan Sistem Muskuloskeletal      
A.       Langkah preventif
Langkah pencegahan dimaksudkan untuk mengeleminir overexertion dan mencegah adanya sikap kerja tidak alamiah.
1.         Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alternative sebagai berikut:
a.       Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.
b.      Subsitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan yang aman, menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.
c.       Partisi, yaitu melalukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja, sebagai contoh; memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran.
d.      Ventilasi, yaitu denga nmenambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit, misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.
2.         Rekayasa Manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakn sebagai berikut :
a.    Pendidikan dan pelatihan. Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapa tmelakukan penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap resiko sakit akibat kerja.
b.   Pengaturan waktu kerja dan istirahat  yang  seimbang Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.
c.    Pengawasan yang Intensif. Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.
Sebagai gambaran, berikut ini diberikan contoh tindakan mencegah atau mengatasi terjadinya keluhan otot skeletal pada berbagian kondisi atau aktivitas seperti yang dijabarkan berikut: 1.  Aktivitas angkat-angkut material secara manual
a.         Usahakan meminimalkan aktivitas angkat-angkut secara manual
b.         Upayakan agar lantai kerja tidak licin
c.         Upayakan menggunakan alat bantu kerja yang memadai seperti crane, kereta dorong, dan pengungkit
d.        Gunakan alas apabila harus mengangkat di atas kepala atau bahu
e.         Upayakan agar beban angkat tidakmelebihi kapasitas angkat pekerja
2.  Berat bahan dan alat
a.         Upayakan untuk menggunakan bahan dan alat yang ringan
b.         Upayakan menggunakan alat angkut dengan kapasitas < 50 kg
3.      Alat tangan
a.         Upayakan agar ukuran pegangan tangan sesuai dengan lingkar genggam pekerja dan karakteristik pekerjaan
b.          Pasang lapisan peredam getaran pada pegangan tangan
c.         Upayakan pemeliharaan yang rutin sehingga alat selalu dalam kondisi layak pakai
d.        Berikan pelatihan sehingga pekerja terampil dalam mengoperasikan alat
4.      Melakukan pekerjaan pada ketinggian
a.         Gunakan alat bantu kerja yang memadai seperti; tangga kerjadan lift
b.         Upayakan untuk mencegah terjadinya sikap kerja tidak alamiah dengan menyediakan alat-alat yang dapat disetel atau disesuaikan dengan ukuran tubuh pekerja.
B.     Terapi Swamedikasi Farmakologi Gangguan Muskulokeletal (Kemalasari, dkk. 2008) 
Tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan dari rasa sakit, ada berbagai pengobatan untuk gangguan muskuloskeletal
a.       Vitamin D
Fungsi : pengatur kalsium dan fosfat plasma serta mempertahankan fungsi neuromuscular.
Jika defisiensi  dapat terjadi  gangguan pertumbuhan tulang : penyakit Rakhitis ( pada anak / bayi ) dan osteomalasia ( pada dewasa ). Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang memacu absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D  yang mencukupi, kalsium dan fosfat  tidak dapat dimasukkan  ketempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan mineralisasi,terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.

b.      Mineral
Tubuh membutuhkan 13 unsur penyusun dan pendukung metabolisme berupa : 7 dalam jumlah banyak dan  6 “trace elements” ( Fe, Cu, Mn, I, Co, Zn ), Ca (kalsium) dan P (fosfor) merupakan mineral terbanyak pada tulang
c.       Obat-obatan seperti obat anti-inflamasi (NSAID) dapat digunakan untuk mengobati peradangan dan nyeri.
Melalui oral contohnya : Ibuprofen (Proris, Dolofen), Paracetamol (Sanmol, Panadol) , Natrium diklofenak (Voltaren, Voltadex)
Gunakan krim khusus untuk otot yang mengandung methyl salicylat & menthol, atau mengandung dikofenak dengan cara digosokkan pada bagian yang nyeri sehingga dengan rasa hangat yang ditimbulkannya, otot yang kram / kejang menjadi lebih rileks.
Contoh merk dagang : Voltaren Cream, Counterpain Cream dan Patch, Hot Cream
Untuk sakit yang lebih parah, Anda mungkin perlu penghilang rasa sakit yang lebih kuat yang akan memerlukan resep dari dokter Anda. Untuk nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan, terapi fisik dapat membantu Anda menghindari kerusakan lebih lanjut dan mengontrol rasa sakit Anda. Terapi manual, atau mobilisasi, dapat digunakan untuk mengobati masalah dengan keselarasan tulang belakang.
C.    Terapi Swamedikasi Non Farmakologi Gangguan Muskulokeletal (Doenges, E, Marilyn. 1999)
1.      teknik relaksasi
2.      suntikan dengan obat anestesi atau anti-inflamasi
3.      penguatan otot dan latihan peregangan
4.      perawatan chiropractic
5.      terapi pijat
6.      aerobik
7.      Memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Mengonsumsi setidaknya 6 gelas air sehari dapat menjaga kesehatan otot. Sebenarnya kebutuhan cairan setiap orang berbeda, tergantung pada pola makan, gender, tingkat aktivitas, suhu, kesehatan dan usia. Cairan dapat membantu otot melemas setelah berkontraksi, dan melembapkan sel-sel otot sehingga tidak mudah mengalami ketegangan.
8.      Melakukan peregangan. Lakukan peregangan beberapa saat sebelum dan setelah, melakukan gerakan tertentu yang menggunakan otot dalam jangka panjang, seperti akan jogging, bahkan tidur.

















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia bisa bergerak karena ada rangka dan otot. Rangka tersebut tidak dapat bergerak sendiri, melainkan dibantu oleh otot. Dengan adanya kerja sama antara rangka & otot, manusia dapat berjalan, melompat, berlari dan sebagainya.
3.2 Saran
Demi kebaikan dan kesempurnaan makalah (Gangguan Muskuloskeletal) yang dibuat penyusun, diharapkan adanya saran-saran yang membangun. Dikarenakan penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah (Gangguan Muskuloskeletal) ini.
Penyusun, berharap adanya saran-saran yang membangun. Dikarenakan penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah (Gangguan Muskuloskeletal) ini.












DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Pearce, Evelyn. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
Gibson, John. 2003. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kemalasari, Tresni, dkk. 2008. DOI. Jakarta : PT. Muliapurna Jayaterbit
Ns. Mohammad judha, M.Kep & Rizky Erwanto, Ns., S.Kep. 2011. Anatommi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia Edisi 2. Jakarta : penerbit buku kedokteran
Sirait, Midin, dkk. 2008. ISO Indonesia. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan
Sloane, ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran.