Tuesday, December 15, 2015

MAKALAH FITOKIMIA METODE EKSTRAKSI PERKOLASI

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penggunaan tanaman sebagai obat sudah dikenal luas baik di negara berkembang maupun negara maju. Di Asia dan Afrika 70-80% populasi mash tergantung pada obat tradisional sebagai pengobatan primer. Penggunaan obat tradisional disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional berbahan alami, lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Contoh dari kekayaan alam tersebut adalah banyaknya jenis spesies tanaman di Indonesia. Kurang lebih terdapat 30.000 – 40.000 spesies tanaman ada di Indonesia. Berbagai tanaman tersebut sebagian telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Sedangkan ekstrak (Extracta) adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh matahario langsung ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Salah satu metode ekstraksi  yang dapat digunakan untuk mengekstraksi adalah perkolasi.
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan gesekan (friksi ). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Dan juga karena ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari.  Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi. Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari, maka perkolasi diganti dnegan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan pada reperkolasi tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi dilakukan dengan cara simplisia dibagi dalam beberapa perkolator.

B.     Rumusan Masalah
(1)   Bagaimana cara penyarian simplisia dengan metode perkolasi dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan ?
(2)   Bagaimana cara membuat ekstrak cair dengan cara perkolasi ?

C.      Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
(1)   Mahasiswa mampu memahami penyarian simplisia dengan cara perkolasi serta hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyari simplisia dengan cara perkolasi.
(2)   Mahasiswa mampu membuat ekstrak cair dengan cara perkolasi.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Definisi
Perkolasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lama pada simplisia dalam suatu percolator atau metode ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (termolabil). Ekstraksi dilakukan dalam bejana yang dilengkapi kran untuk mengeluarkan pelarut pada bagian bawah. Perbedaan utama dengan maserasi terdapat pada pola penggunaan pelarut, dimana pada maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam bahan dalam waktu yang cukup lama, sedangkan pada perkolasi pelarut dibuat mengalir.
Penambahan pelarut dilakukan secara terus menerus, sehingga proses ekstraksi selalu dilakukan dengan pelarut yang baru. Dengan demikian diperlukan pola penambahan pelart secara terus menerus, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pola penetesan pelarut dari bejana terpisah disesuaikan dengan jumlah pelarut yang keluar, atau dengan penambahan pelarut dalam jumlah besar secara berkala. Yang perlu diperhatikan jangan sampai bahan kehabisan pelarut. Proses ekstraksi dilakukan sampai seluruh metabolit sekunder habis tersari, pengamatan sederhana untuk mengindikasikannya dengan warna pelarut, dimana bila pelarut sudah tidak lagi berwarna biasanya metabolit sudah tersari. Namun untuk memastikan metabolit sudah tersari dengan sempurna dilakukan dengan menguji tetesan yang keluar dengan KLT atau spektrofotometer UV. Penggunaan KLT lebih sulit karena harus disesuaikan fase gerak yang dipakai, untuk itu lebih baik menggunakan spektrofotometer. Namun apabila menggunakan KLT indikasi metabolit habis tersari dengan tidak adanya noda/spot pada plat, sedangkan dengan spektrofotometer ditandain dengan tidak adanya puncak (Anonim, 1995).
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut (perkolator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia oleh karena akan terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan dalam sel dengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia bahan pelarut segar perbedaan konsentrasi tadi selalu dipertahankan. Dengan demikian ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai 95%) (Voight, 1995).
B.     Prinsip perkolasi
Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok, menggunakan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari sampai 5 bagian cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator, ditambahkan cairan penyari. Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit, sehingga simplisia tetap terendam. Filtrat dipindahkan ke dalam bejana, ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada tempat terlindung dari cahaya.

C.    Proses perkolasi

(1)   Menimbang simplisia
(2)   Simplisia dibasahi dengan pelarut
(3)   Didiamkan 3 sampai 4 jam
(4)   Bagian bawah bejana diberi sekat berpori (kapas) untuk menahan serbuk
(5)   Simplisia dimasukkan, dengan sesekali di padatkan dengan bambu kecil sehingga tidak ada rongga udara
(6)   Diberi pelarut selapis (2 cm) diatas simplisia
(7)   Didiamkan selama 24 jam
(8)   Kran dibuka, biarkan menetes 1 ml/menit sampai tetesan bening. . Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh
(9)   Dipekatkan

D.    Jenis-Jenis Perkolator
Jenis-jenis perkolator yaitu:
a.       Perkolator bentuk corong.
b.      Perkolator bentuk tanung
c.       Perkolator bentuk paruh.
Dasar pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari. Jumlah bahan yang disari tidak boleh lebih dari 2/3 tinggi perkolator. Misalnya, serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif.pada keadaan tersebut, pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk mempercepat proses perkolasi (Dirjen Pom, 1986).
E.     Hal-Hal yang harus diperhatikan dalam perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena :
·         Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian pelarut yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
·         Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.


Perbedaan perkolasi dan maserasi
Perbedaan utama dengan maserasi terdapat pada pola penggunaan pelarut, dimana pada maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam bahan dalam waktu yang cukup lama, sedangkan pada perkolasi pelarut dibuat mengalir.
Kelebihan dari metode perkolasi adalah :
·         Tidak terjadi kejenuhan
·         Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel)
Kekurangan dari metode perkolasi adalah :
·         Cairan penyari lebih banyak
·         Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka (Arief TQ, Mochammad., 2004).

F.     Modifikasi perkolasi
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari, maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan pada reperkolaso tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi dilakukan dengan cara siplisia dibagi dalambeberapaperkolator.

Perkolasi bertingkat
Dalam proses perkolasi biasa,perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia , maka terjaji aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses poenyaringan tersebut aakan menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesanm pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.
Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan cara perkolasi bertingkat. Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna sebelum dibuang ,disari dengan cairan penyari ang baru. Hal ini diharapkan gar serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya sewrbuk simplisia yang baru disari dengan perkolat yang hampir jenuh, dengan denikian akan diperoleh perkolat akhir yang jernih. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan.
Cara ini cocok bila digunakan untuk perusahaan obat tradisional,termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan :
1.      jumlah perkolator yang diperlukan
2.      bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi
3.      jenis cairan penyari
4.      jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi
5.      besarnya tetesan dan lain-lain.

Percolator yang digunakan untuk cara perkolasi ini agak berlainan dengan percolator biasa. Percolator ini harus dapat diatur, sehingga:
a. Perkolat dari suatu percolator dapat dialirkan ke percolator lainnya
b. Amp
as dengan mudah dapat dikeluarkan. Percolator diatur dalam suatu deretan dan tiap percolator berlaku sebagai percolator pengatur.
Untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang lebih tuntas digunakan metode perkolasi, alatnya namanya perkolator yaitu:
Suatu bentuk tabung terbalik, di bagian bawah dipasang keran dan di bagian atas diletakkan wadah berisi cadangan penyari. Bagian tengah percolator diletakkan serbuk simplisia yang akan di ekstraksi, direndam dalam penyari yang dipilih selama beberapa saat, setelah itu keran bawah dibuka sedikit, sehingga cairan penyari akan menetes ke bawah tetes per tetes, otomatis cadangan penyari di atas perkolator akan ikut menetes mengganti pelarut yang keluar berupa ekstrak. Dengan cara ini maka fenomena “jenuh” seperti halnya terjadi pada metode maserasi tidak akan terjadi dan selama terjadi aliran maka perbedaan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel akan selalu terjaga sebesar-besarnya. Sehingga proses ekstraksinya akan berjalan dengan lebih sempurna dan lebih tuntas tersari sempurna.






















BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Perkolasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lama pada simplisia dalam suatu percolator atau metode ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.



















DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Materi Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Depkes RI.
Dirjen pom. 1986. Sediaan Galenik. Jilid II. Jakarta : Departemen RI.
Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendari Noerono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 566- 567.

Arief TQ, Mochammad., 2004. Pengantar Metode Penelitian untuk Kesehatan. Klaten Selatan : CSGF.






No comments:

Post a Comment