Monday, December 14, 2015

PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER



PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER
I.             Tujuan
Untuk mengetahui unsur kimia yang terkandung dalam tumbuhan dengan cara fotokimia.
II.          Teori
Metabolit sekunder dihasilkan melalui tahap-tahap reaksi dalam jaringan tumbuhan yang disebut biosintesis. Alkaloid, terpenoid, steroid, dan flafonoid merupakan beberapa contoh senyawa yang dihasilkan dari biosintesis tersebut. Penelitian kandungan kimia untuk satu tanaman (daun, batang, kulit batang, akar, dll) atau melakukan penapisan kandungan kimia terhadap berbagai sepsis tanaman dalam satu famili pada bagian tertentu akan memberikan informasi tentang tingkat evolusi.
(Sabarwati, 2006 : 45)
Beberapa contoh dari metabolit sekunder adalah:
Kelas
Contoh Senyawa
Contoh Sumber
Efek dan kegunaan
SENYAWA MENGANDUNG NITROGEN



Alkaloid
Nikotin, kokain, teobromin
Tembakau, coklat
Mempengaruhi neurotransmisi dan menghambat kerja enzim
TERPENOID



Monoterpena
Mentol, linalool
Tumbuhan mint dan banyak tumbuhan lainnya
Mempengaruhi neurotransmisi, menghambat transpor ion, anestetik
Diterpena
Gossypol
Kapas
Menghambat fosforilasi, toksik
Triterpena, glikosida kardiak (jantung)
Digitogenin
Digitalis (Foxglove digitalissp.)
Stimulasi otot jantung, memengaruhi transpor ion
Sterol
spinasterol
Bayam
Mempengaruhi kerja hormon hewan
FENOLIK



Asam fenolat
Kafeat, klorogenat
Semua tanaman
Menyebabkan kerusakan oksidatif, timbulnya warna coklat pada buah dan wine.
Tannins
gallotanin, tanin terkondensasi
oak, kacang-kacangan
Mengikat protein, enzim, menghambat digesti, antioksidan.
Lignin
Lignin
Semua tanaman darat
Struktur, serat
(Anonim. 2012)
Penapisan fitokimia dilakukan menurut metode Cuiley (1984). Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui komponen kimia pada tumbuhan tersebut secara kualitatif. Misalnya: identifikasi tannin dilakukan dengan menambahkan 1-2 ml besi (III) klorida pada sari alkohol. Terjadinya warna biru kehitaman menunjukkan adanya tanin galat sedang warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin katekol. (Praptiwi et al, 2006). Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran yang berbeda. Hal ini disebabkan kandungan kimia dari suatu tumbuhan hanya dapat terlarut pada pelarut yang sama kepolarannya, sehingga suatu golongan senyawa dapat dipisahkan dari senyawa lainnya.
(Sumarnie et al, 2005 : 57 )
Hingga saat ini sudah banyak sekali jenis fitokimia yang ditemukan, saking banyaknya senyawa fitokimia yang didapatkan maka dilakukan penggolongan senyawa agar memudahkan dalam mempelajarinya, adapun golongan senyawa fitokimia dapat dibagi sebagai berikut: (1) Alkaloid, alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan. (2) Flavonoid, flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh. Semua flavonoid, menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon yang mempunyai sejumlah sifat yang sama. Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Semuanya mengandung atom karbon dalam inti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. (3) Kuinon, senyawa dalam jaringan yang mengalami okisdasi dari bentuk kuinol menjadi kuinon. (4) Tanin dan Polifenol, Tanin adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan mengendapkan protein.. Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman tertentu, termasuk dalam atau menyusun golongan tanin. (5) Saponin, saponin adalah suatu glikosida yang ada pada banyak macam tanaman. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. (6) TriTerpenoid, TriTerpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis dirumuskan dari hidrokarbon yang kebanyakan berupa alcohol, aldehida atau asam karbohidrat.
(Nurhari, 2010 : 120-122)

Psidium guajava (daun jambu biji)
Sumatra           : Glima breueh ( Aceh), galiman (Batak), Masiambu (Nias)
Jawa                : Jambu klutuk (Sunda), Jambu bigi (Madura)
Nusa Tenggara: Sotong (Bali)
Maluku            : Kayawase, Lutu hatu, Jambu rutuno

Daun Jambu Biji  memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi, terutama quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan pada daun Jambu biji lainnya seperti saponin, minyak atsiri, tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan alkaloid  yang belakangan ini dijadikan sebagai deodoran alami. Itu karena daun jambu biji yang bersifat anti-bakteri dapat melawan pertumbuhan Staphylococcus Epidermis yang merupakan penyebab bau badan. Daun jambu biji juga mengandung zat lain seperti asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.

(Anonim. 2012)
III.       Prosedur Percobaan
3.1  Alat dan Bahan
Alat :
Ø  Erlenmeyer 250 mL
Ø  Gelas ukur 50 mL
Ø  Corong
Ø  Cawan porselin
Ø  Corong pisah
Ø  Tabung reaksi
Ø  Pipet tetes
Ø  Lempeng porselin
Bahan :
Ø  Bagian dari tumbuhan
Ø  Methanol
Ø  Larutan H2SO 2M
Ø  Kloroform
Ø  NH4OH
Ø  H2SO4 pekat
Ø  Larutan HCl 2N
Ø  Sebuk Mg
Ø  Anhidrida asetat
Ø  Etanol HCl pekat
Ø  Amilalkohol
Ø  Larutan NaOH 1 N
Ø  Larutan FeCl3 1%
Ø  Pereaksi Bouchardat
Ø  Pereaksi Dragendroff
Ø  Pereaksi Meyer







3.2  Skema kerja
1.      Rounded Rectangle: 50 gr sampel tumbuhanPengumpulan bahan tumbuhan

Dikumpulkan
Dicatat nama ilmiah dan nama local


Rounded Rectangle: Hasil
 


2.      Penapisan senyawa metabolit sekunder


 


Dipotong kecil-kecil


 


Ditambahkan kedalam sampel
Diaduk
Didiamkan selama 5-15 menit
Rounded Rectangle: FiltratDisaring

Diuapkan pada 40˚C


 


Ditambahkan ke filtrat


 


Digunakan untuk mengekstrak filtrat sebanyak 3 kali
Rounded Rectangle: Hasil

Dipisahkan 2 lapisan yang terbentuk
                                                   

3.      Rounded Rectangle: 1-2 mL ekstrak CHCl3Identifikasi senyawa golongan terpenoid/steroid dengan uji Lieberman-Burchard

Dimasukkan kedalam tabung reaksi


 


Ditambahkan kedalam tabung reaksi
Rounded Rectangle: 1-2 tetes H2SO4 pekatDiaduk

Ditambahkan kedalam tabung reaksi
Rounded Rectangle: HasilDiamati warna yang terbentuk


4.      Rounded Rectangle: 10 mL ekstrak CHCl3

Identifikasi senyawa golongan saponin

Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Rounded Rectangle: 1 tetes larutan HCl 2NDikocok vertikal selama 10 detik

Ditambahkan kedalam tabung reaksi


Rounded Rectangle: Hasil
 


5.      Rounded Rectangle: 5 mL ekstrak CHCl3Identifikasi senyawa golongan flavonoid

Rounded Rectangle: Serbuk Mg, 2 mL larutan etanol-HCl, 5 mL amilalkohol

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan kedalam tabung reaksi
Dikocok
Rounded Rectangle: HasilDiamati perubahan warna
                                                                                                       

6.      Rounded Rectangle: 5 mL ekstrak  CHCl3Identifikasi senyawa golongan kiunon

Rounded Rectangle: 2 mL larutan NaOH 1NDitambahkan kedalam tabung reaksi

Ditamabahkan kedalam tabung reaksi
Rounded Rectangle: HasilDiaduk dan diamati warna yang terbentuk


7.      Rounded Rectangle: Sejumlah ekstrak CHCl3

Identifikasi senyawa golongan tannin

Rounded Rectangle: Beberapa tetes larutan FeCl3 1%

Dimasukkan kedalam lempeng porselin

Ditambahkan kedalam lempeng porselin
Rounded Rectangle: Hasil

 


8.      Identifikasi senyawa golongan alkaloid
Rounded Rectangle: Sejumlah ekstrak CHCl3-metanol

Uji dengan pereaksi Bouchardat

Rounded Rectangle: pereaksi BouchardatDimasukkan kedalam lempeng porselin

Rounded Rectangle: HasilDitambahkan kedalam lempeng porselin
                                                              

Rounded Rectangle: 1 mL ekstrak CHCl3-metanol

Uji dengan pereaksi Meyer



 
Dimasukkan kedalam lempeng porselin


 


Rounded Rectangle: HasilDitambahkan kedalam lempeng porselin


Rounded Rectangle: 1 mL ekstrak CHCl3-metanol

Uji dengan pereaksi Dragendroff



 
Rounded Rectangle: 1-2 tetes pereaksi Dragendroff

Dimasukkan kedalam lempeng porselin
                                          


 
Ditambahkan kedalam lempeng porselin
Rounded Rectangle: Hasil

 




IV.       Hasil dan Pembahasan
4.1  Hasil

Perlakuan
Hasil
Identifikasi golongan terpenoid/steroid dengan uji Lieberman- Burchard
2 mL ekstrak CHCl3 + 2 tetes anhidrida asetat + 2 tetes H2SO4 pekat
Tidak terjadi perubahan warna
Identifikasi senyawa golongan saponin
10  mL ekstrak CHCl3 dikocok + 1 tetes HCN 2N
Saat dikocok tidak terapat busa,
Saat penambahan HCN tidak terjadi perubahan
Identifikasi senyawa golongan flavanoid
5 mL ekstrak CHCl3 + setengah spatula serbuk Mg + 2 mL larutan etanol-HCl (1 : 1) + 5 mL amilalkohol
Saat penambahan serbuk Mg timbul busa dan larutan terasa panas,
Saat penambahan etanol-HCl dan amilalkohol timbul warna merah
Identifikasi senyawa golongan kuinon
5 mL ekstrak CHCl3 + 2 mL larutan NaOH 1 N
Terbentuk warna merah
Identifikasi senyawa golongan tanin
1 tetes ekstrak CHCl3 + 1 tetes larutan FeCl3 1%
Terbentuk warna hitam
Identifikasi senyawa golongan alkaloid
-          Uji dengan pereaksi Meyer
-          Uji dengan pereaksi Dragendroff


-          1 mL ekstrak CHCl3 + 2 tetes pereaksi Meyer
-          1 mL ekstrak CHCl3 + 2 tetes pereaksi Dragendroff


-          Terbentuk endapan berwarna kuning
-          Terbentuk endapan berwarna jingga


4.2  Pembahasan
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrient, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit
Penapisan kimia merupakan tahap awal dari pengerjaan secara kimia. Metode yang digunakan harus bersifat sederhana, pengerjaannya cepat, menggunakan peralatan yang minimun, menggunakan reagen yang selektif terhadap suatu golongan senyawa tertentu, memiliki limit deteksi yang rendah dan memberikan informasi tambahan mengenai ada atau tudaknya gugus fungsi tertentu.
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu.
Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Senyawa metabolit sekunder yang banyak terkandung dalam tanaman merupakan sumber bahan kimia yang tidak akan pernah habis. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa yang dapat digunakan dalam kepentingan pengobatan dan industri. Oleh karena itu, pengisolasian dan pengembangan metabolit sekunder amatlah berguna.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu daun jambu biji, dengan nama latin Psidium guajava. Sedangkan nama untuk tiap daerahnya berbeda-beda seperti, Glima breueh ( Aceh), galiman (Batak), Masiambu (Nias), Jambu klutuk (Sunda), Jambu bigi (Madura), Sotong (Bali),  Kayawase, Lutu hatu, dan  Jambu rutuno (Maluku).
Daun Jambu Biji (Psidium guajava)  memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi, terutama quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan pada daun Jambu biji lainnya seperti saponin, minyak atsiri, tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan alkaloid  yang belakangan ini dijadikan sebagai deodoran alami. Itu karena daun jambu biji yang bersifat anti-bakteri dapat melawan pertumbuhan Staphylococcus Epidermis yang merupakan penyebab bau badan. Daun jambu biji juga mengandung zat lain seperti asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam pengujian fitokimia adalah pengumpulan bagian tanaman. Pengujian dengan menggunakan sampel tumbuhan yang masih segar dimaksudkan untuk menghindari rusaknya jaringan sel tumbuhan. Kerusakan jaringan ini dapat berakibat pada hilang atau rusaknya senyawa aktif  yang dikandung tanaman itu akibat panas atau tanaman tersebut terlalu lama didiamkan maka dikhawatirkan senyawa aktifnya akan rusak disebabkan oleh enzim atau air yang terdapat pada tumbuhan yang ditandai dengan perubahan warna (layu atau kering). Dalam pengujian fitokimia, untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekundernya (alkaloid, steroid, triterpenoid dan saponin), sampel daun tumbuhan Psidium guajava dipotong-potong sampai hancur dan kemudian ditumbuk sampai halus, sehingga dinding sel tumbuhan terbuka sehingga metabolit sekunder lebih mudah keluar dan lebih mudah diekstraksi.
10 gr sampel yang  sudah dipotong-potong halus ditambahkan methanol-air 100 mL campuran metanol-air. Campuran ini didiamkan selama 15 menit, hal ini dilakukan untuk mendapatkan ekstrak dari daun jambu biji. Setelah 15 menit, diperolehlah ekstrak sampel daun jambu biji yang berwarna hijau cerah dengan volume 89 mL. Ekstrak daun jambu biji ini kemudian diuapkan sampai volumenya menjadi 79 mL pada suhu 40. Setelah itu, larutan diasamkan dengan penambahan H2SO4 2 M, sehingga diperoleh ph campuran adalah 5. Filtrat ini kemudian diekstraksi dengan CHCl3 (Kloroform) sebanyak 30 mL. Hasil ekstraksi ini terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah adalah ekstrak dengan kloroform, Lapisan atas adalah Air-asam. Pemisahan ini hanya dilakukan berdasarkan perkiraan saja, karena tidak terjadi pemisahan terhadap sampel, dan tidak terjadi juga perbedaan kecerahan warna, sehingga tidak diperoleh hasil yang memuaskan pada larutan yang diekstrak.
Lapisan bawah (larutan ekstrak dengan kloroform) digunakan untuk identifikasi golongan terpenoid/steroid dengan uji Lieberman – Burchard, senyawa golongan saponin, senyawa golongan flavanoid, senyawa golongan kuinon, dan senyawa golongan tanin. Sedangkan, lapisan air-asam dibasakan dengan penambahan NaOH  sehingga pH larutan yang diperoleh adalah 10. Lapisan ini digunakan untuk identifikasi senyawa golongan alkaloid Uji dengan pereaksi Meyer dan Uji dengan pereaksi Dragendroff.

A.          Identifikasi golongan terpenoid/steroid dengan uji Lieberman – Burchard
Terpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asilik, yaitu skualen. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanwarna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik , yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kerektifan kimianya.
Struktur: - Asiklik : misal : skualen.
               - Siklik   : - mono
                                - bi
                                - tri
                                - tetra
                                - penta
Triterpenoid yang paling penting dan tersebar luas ialah triterpenoid penta siklik. Struktur kimia triterpenoid terdapat dalam bentuk bebas atau glikosida.
Bentuk bebas  : kepolarannya menengah.
glikosida          : kepolarannya polar.

Struktur senyawa terpenoid
Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren dan merupakan senyawa organik  yang  berasal dari hewan dan tumbuhan dengan struktur inti molekulnya C-17, tetrasiklis dengan susunan 3 cincin segienam dan 1 cincin segi lima. Serupa dengan  triterpen tetrasiklis, tetapi  tidak mempunyai gugus metil pada C-4 dan C-14.
Ciri umum steroid nabati adalah:
1)      Adanya gangguan OH pada C-3
2)      Adanya ikatan rangkap antara C5 dan C6
Identifikasi Steroid:
a.       Reaksi Lieberman buchardat
b.      KLT
         fase diam         : silika gel 60 F254
         fase gerak        : CHCl3 : Etil asetat (2:1)
                     deteksi             :
                     UV 254 nm     : fluorescensi lemah
                     UV 366 nm     : tidak berfluorescensi
                     penampak bercak: anisaldehid sulfat
                                             (panaskan 1050C 2-5 menit) ungu s/d biru ungu
Untuk pengujian kandungan terpenoid dan streoid dalam sampel daun, ekstrak eter ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard (L-B), yaitu campuran asam asetat anhidrid dengan asam sulfat pekat (2:1).
Indikasi positif steroid ditandai dengan perubahan warna menjadi biru atau hijau. Warna biru atau hijau bukan merupakan warna yang diserap melainkan warna komplementer. Warna yang diserap adalah warna jingga sehingga diketahui steroid menyerap pada panjang gelombang 585-647 nm. Sedangkan pada triterpenoid indikasi positif ditandai dengan perubahan warna menjadi merah, ungu atau coklat.
Warna yang diserap oleh triterpenoid adalah warna hijau dengan panjang gelombang 491-570 nm. Gugus –OH pada triterpenoid akan mengalami pergeseran panjang gelombang yang diserap sehingga warna yang ditimbulkan berbeda. Jadi warna merah, ungu atau coklat adalah warna komplementer. Reaksi pembentukan warna ini dapat terjadi karena adanya gugus kromofor (gugus tak jenuh) yang disebabkan oleh absorpsi panjang gelombang tertentu oleh senyawa organik.
Senyawa organik dengan konjugasi yang ekstensif menyerap panjang gelombang tertentu karena adanya transisi electron, sehingga warna yang diserap bukan warna yang tampak melainkan warna komplementernya. Jika sampel mengandung triterpenoid dan steroid sekaligus maka warna yang pertama kali timbul adalah warna triterpenoid kemudian disusul warna steroid. Hal ini disebabkan karena panjang gelombang yang diserap oleh triterpenoid lebih panjang artinya energinya lebih rendah sehingga akan muncul lebih dahulu. Hasil dari percobaan ini adalah wana hijau atau biru tidak muncul ini menandakan bahwa sampel daun tidak mengandung terpenoid/steroid.
Reaksi Lieberman-Buchard :



B.           Identifikasi senyawa golongan saponin
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah sebagai pelindung terhadap serangan serangga.
Sifat-sifat Saponin adalah:
1) Mempunyai rasa pahit
2) Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3) Menghemolisa eritrosit
4) Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5) Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya
6) Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
7) Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati.
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid).

Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok:
1) Steroids dengan 27 C atom.
2) Triterpenoids, dengan 30 C atom
Stuktur senyawa saponin
Adanya saponin ditandai dengan timbulnya busa setelah pengocokan dengan akuades panas dan busa konstan selama 15 menit. Busa tersebut terbentuk karena adanya gelembung-gelembung udara yang terjebak dalam larutan. Saponin merupakan zat yang memiliki senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun sehingga pengenalannya dapat dilakukan degan mudah. Berikut reaksinya :
Saponin merupakan komponen lipida polar yang bersifat ampifilik (memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik). Di dalam sistem cair, lipida cair secara spontan terdispersi membentuk misel dengan ekor filik yang bersinggungan dengan medium cair. Misel tersebut dapat mengandung ribuan molekul lipida. Lipida cair membentuk suatu lapisan dengan ketebalan satu molekul yaitu lapisan tunggal. Pada sistem tersebut, ekor hidrokarbon terbuka sehingga terhindar dari air dan lapisan hidrofilik memanjang ke air yang bersifat polar, sistem inilah yang disebut denga busa.
Dalam percobaan ini, tidak didunakan air panas saat pengocokan melainkan HCN. Saat penambahan HCN tidak timbul busa itu artinya sampel tidak mengandung senyawa saponin. Seharusnya saponin pada sampel positif, hasil negatif ini mungkin disebabkan karena kandungan senyawa saponin yang sedikit, sehingga saat diekstraksi saponin tidak terikat.

C.           Identifikasi senyawa golongan flavanoid
Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan senyawa induk flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhanPrimula, dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama. Saat ini dikenal sekitar 20 jenis flavonoid.
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan alkohol 70% dan tetap ada pada lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila di tambah basa atau amoniak, jadi flavonoid mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonyugasi dan karena itu menunjukan pita serapan kuat pada spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid.
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga hampir selalu disertai oleh flavon dan flavonolol tanwarna. Flavonoid mempunyai rumus umum, C6C3C6.
Struktur senyawa Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil. Oleh karena itu, umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti metanol. Metanol berfungsi sebagai pembebas flavonoid dari bentuk garamnya, kemudian ditambahkan asam sulfat 2N, asam sulfat berfungsi untuk protonasi flavonoid sehingga terbentuk garam flavonoid. Setelah itu ditambahkan bubuk magnesium. Hasil positif ditunjukkan dengan larutan berubah warna menjadi orange. Reaksi yang terjadi dapat dilihat dari reaksi berikut:
Dari percobaan yang dilakukan hasilnya Saat penambahan serbuk Mg timbul busa dan larutan terasa panas, dan saat penambahan etanol-HCl dan amilalkohol timbul warna merah. Ini menandakan bahwa sampel positif mengandung flavonoid.

D.          Identifikasi senyawa golongan kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas 2 gugus karbonil yang berkonyugasi  dengan 2 ikatan rangkap karbon – karbon. Untuk tujuan identifikasi, kuinon dapat dipilah menjadi 4 kelompok: benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glkosida atau kuinol tanwarna, kadang-kadang juga bentuk dimer. Dalam hal demikian, diperlukan hidrolisis asam untuk melepaskan kuinon bebas nya. Kuinon isoprenoid  terlibat dalam respirasi sel dan fotosintesis dan dengan demikian kuinon tersebar secara merata dalam tumbuhan.
Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai ke hampir hitam. Walaupun kuinon tersebar secara luas, namun perannya terhadap warna tumbuhan  sangat kecil. Jadi, pigmen ini sering terdapat dalam kulit, akar, atau jaringan lain, namun warna pigmen kuinon ini tidak mendominasi.
Deteksi pendahuluan kuinon, untuk memastikan suatu pigmen termasuk kuinon atau bukan, dapat dilakukan dengan reaksi warna. Reaksi yang khas adalah reduksi bolak-balik yang mengubah kuinon menjadi senyawa berwarna, kemudian warna kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara. Reaksi dapat digunakan dengan menggunakan natrium borohidrida dan oksidasi ulang dapat dilakukan dengan mengocok larutan itu diudara. Untuk kebanyakan kuinon, hasil uji reduksi dalam larutan yang agak basa lebih mencolok dan oksidasi ulang di udara lebih cepat. Kuinon menunjukan geseran batokrom yang kuat dalam basa, tetapi ini bukan ciri khasnya.
Dari percobaan hasilnya saat ditambahkan 2 mL NaOH 1N terbentuk warna merah, yang menandakan bahwa sampel positif mengandung senyawa kuinon.


E.           Identifikasi senyawa golongan tanin
Tanin merupakan suatu senyawa golongan yang terbesar dari senyawa kompleks yang tersebar luas pada dunia tumbuhan. Tanin dianggap senyawa kompleks yang dibentuk dari campuran polifenol yang sangat sukar dipisahkan karena tidak dapat dikristalkan. Tanin umumnya terdapat dalam organ: daun, buah, kulit batang, dan kayu. Didalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan.
Tanin dapat berfungsi sebagai astringent dan memiliki kemampuan untuk menyamak kulit. Secara kimia, tanin adalah ester yang dapat dihidrolisis oleh pemanasan dengan larutan asam sampai menghasilkan senyawa fenol, biasanya merupakan derivate atau turunan dari asam garlic dan gula. Identifikasi senyawa tannin memberikan hasil positif yang ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam pada larutan. Pada percobaan ini, hasilnya saat sampel ditambahkan 1 tetes FeCl3 1% adalah terbentuk warna hitam, dengan ini menandakan bahwa sampel positif mengandung tanin.
Percobaan selanjutnya adalah, air-asam yang diperoleh pada hasil ekstraksi yang pertama dibasakan sampai PH 10 dengan menggunakan NH4OH, tujuan dibasakan untuk mengendapkan alkaloid agar dapat diperoleh alkaloid dalam bentuk garam atapun alkaloid dalam bentuk basa bebas, yang kemudian diekstraksi dengan menggunakan campuran CHCl3-metanol sebanyak 2 kali untuk memperoleh hasil yang lebih baik, campuran CHCl3-metanol digunakan dengan tujuan dapat menarik senyawa alkaloid karena alkaloid mempunyai kelarutan yang baik dalam kloroform maupun alkohol, tetapi tidak larut dalam air meskipun dapat, larut dalam air panas.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloida yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan psikologis. Alakaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alakloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.  Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang mencirikan alkaloida.
Struktur senyawa alkaloid
Adanya kandungan alkaloid ditandai dengan adanya endapan. Hal ini terjadi karena senyawa alkaloid mengandung atom nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas. Elektron bebas ini akan disumbangkan pada atom logam berat membentuk senyawa kompleks dengan gugus yang mengandung atom nitrogen sebagai ligannya. Senyawa kompleks ini tidak larut (mengendap) dan memberikan warna sesuai dengan pereaksi yang digunakan. Dengan pereaksi Dragendorff akan terbentuk endapan jingga dan dengan pereaksi Meyer akan terbentuk endapan kuning. Reaksi yang terjadi yaitu :

A.    Uji dengan Pereaksi Meyer


B.     Uji dengan Pereaksi Dragendroff
Dari percobaan yang dilakukan, baik uji dengan pereaksi Meyer maupun pereaksi Dragendroff alkaloid positif ada pada sampel. Hal ini ditandadi dengna timbulnya endapan warna kuning pada pereaksi Meyer dan endapan berwarna jingga pada pereaksi Dragendroff.













V.          Penutup
5.1  Kesimpulan
1.      Kandungan senyawa alkaloid positif dalam Psidium guajava, hal ini diketahui dengan adanya endapan saat uji dengan pereaksi Meyer berwarna kuning dan Dragendroff  berwarna jingga .
2.      Kandungan senyawa flavonoid positif dalam Psidium guajava,  hal ini diketahui dengan menambahkan setengah spatula serbuk Mg,  2 mL larutan etanol-HCl (1 : 1), dan 5 mL amilalkohol dan timbul warna merah pada larutan.
3.      Kandungan senyawa kuinon positif dalam Psidium guajava, hal ini diketahui saat penambahan 2 mL larutan NaOH 1 N terbentuk warna merah pada larutan.
4.      Kandungan senyawa tanin positif dalam Psidium guajava, hal ini diketahui saat  penambahan 1 tetes larutan FeCl3 1% terbentuk warna hitam pada larutan.
5.      Psidium guajava tidak mengandung terpenoid/steroid karena tidak terjadi perubahan warna biru ataupun hijau saat penambahan 2 tetes anhidrida asetat dan  2 tetes H2SO4 pekat.

5.2  Saran
Ada baiknya sebelum praktikum, semua prosedur kerja dipahami, sehingga praktikum dapat berjalan kondusif.

VI.       Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Laporan akhir praktikum. Diakses tanggal 1/05/2014.
Anonim. 2012. Laporan organik II penapisan fotokimia. Diakses tanggal 1/05/2014.
Nurhari, Ogi. 2010. Uji Fitokimia-Terpenoid. Bandung : Sekolah Tinggi Farmasi.
Sumarnie, H.Priyono dan Praptiwi. 2005. Identifikasi Senyawa Kimia Dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Piper sp. Asal papua.  Biologi-LIPI : Puslit.
Sabarwati, S. H,. 2006. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Kendari : Jurusan Kimia FMIPA Unhalu.

No comments:

Post a Comment