PENAPISAN
DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER
I.
Tujuan
Untuk mengetahui unsur kimia yang
terkandung dalam tumbuhan dengan cara fotokimia.
II.
Teori
Metabolit
sekunder dihasilkan melalui tahap-tahap reaksi dalam jaringan tumbuhan yang
disebut biosintesis. Alkaloid, terpenoid, steroid, dan flafonoid merupakan
beberapa contoh senyawa yang dihasilkan dari biosintesis tersebut. Penelitian
kandungan kimia untuk satu tanaman (daun, batang, kulit batang, akar, dll) atau
melakukan penapisan kandungan kimia terhadap berbagai sepsis tanaman dalam satu
famili pada bagian tertentu akan memberikan informasi tentang tingkat evolusi.
(Sabarwati,
2006 : 45)
Beberapa contoh dari metabolit sekunder
adalah:
Kelas
|
Contoh Senyawa
|
Contoh Sumber
|
Efek dan kegunaan
|
SENYAWA
MENGANDUNG NITROGEN
|
|||
Alkaloid
|
Nikotin, kokain, teobromin
|
Tembakau, coklat
|
Mempengaruhi neurotransmisi dan menghambat
kerja enzim
|
TERPENOID
|
|||
Monoterpena
|
Mentol, linalool
|
Tumbuhan mint dan banyak tumbuhan lainnya
|
Mempengaruhi neurotransmisi, menghambat
transpor ion, anestetik
|
Diterpena
|
Gossypol
|
Kapas
|
Menghambat fosforilasi, toksik
|
Triterpena,
glikosida kardiak (jantung)
|
Digitogenin
|
Digitalis (Foxglove digitalissp.)
|
Stimulasi otot jantung, memengaruhi
transpor ion
|
Sterol
|
spinasterol
|
Bayam
|
Mempengaruhi kerja hormon hewan
|
FENOLIK
|
|||
Asam fenolat
|
Kafeat, klorogenat
|
Semua tanaman
|
Menyebabkan kerusakan oksidatif, timbulnya
warna coklat pada buah dan wine.
|
Tannins
|
gallotanin, tanin terkondensasi
|
oak, kacang-kacangan
|
Mengikat protein, enzim, menghambat
digesti, antioksidan.
|
Lignin
|
Lignin
|
Semua tanaman darat
|
Struktur, serat
|
(Anonim.
2012)
Penapisan fitokimia
dilakukan menurut metode Cuiley (1984). Penapisan fitokimia dilakukan untuk
mengetahui komponen kimia pada tumbuhan tersebut secara kualitatif. Misalnya:
identifikasi tannin dilakukan dengan menambahkan 1-2 ml besi (III) klorida pada
sari alkohol. Terjadinya warna biru kehitaman menunjukkan adanya tanin galat
sedang warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin katekol. (Praptiwi et
al, 2006). Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran
yang berbeda. Hal ini disebabkan kandungan kimia dari suatu tumbuhan hanya
dapat terlarut pada pelarut yang sama kepolarannya, sehingga suatu golongan
senyawa dapat dipisahkan dari senyawa lainnya.
(Sumarnie et al, 2005 : 57 )
Hingga saat ini sudah
banyak sekali jenis fitokimia yang ditemukan, saking banyaknya senyawa
fitokimia yang didapatkan maka dilakukan penggolongan senyawa agar memudahkan
dalam mempelajarinya, adapun golongan senyawa fitokimia dapat dibagi sebagai
berikut: (1) Alkaloid, alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen
yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan. (2)
Flavonoid, flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar
yang terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh. Semua flavonoid, menurut
strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon yang mempunyai sejumlah
sifat yang sama. Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai
bentuk struktur. Semuanya mengandung atom karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan
oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin
ketiga. (3) Kuinon, senyawa dalam jaringan yang mengalami okisdasi dari bentuk
kuinol menjadi kuinon. (4) Tanin dan Polifenol, Tanin adalah polifenol tanaman
yang berfungsi mengikat dan mengendapkan protein.. Polifenol alami merupakan
metabolit sekunder tanaman tertentu, termasuk dalam atau menyusun golongan
tanin. (5) Saponin, saponin adalah suatu glikosida yang ada pada banyak macam
tanaman. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk
penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari metabolisme
tumbuh-tumbuhan. (6) TriTerpenoid, TriTerpenoid adalah senyawa yang
kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis
dirumuskan dari hidrokarbon yang kebanyakan berupa alcohol, aldehida atau asam
karbohidrat.
(Nurhari, 2010 : 120-122)
Psidium guajava
(daun jambu biji)
Sumatra : Glima breueh ( Aceh), galiman (Batak), Masiambu (Nias)
Jawa : Jambu klutuk (Sunda), Jambu bigi (Madura)
Nusa Tenggara: Sotong (Bali)
Maluku : Kayawase, Lutu hatu, Jambu rutuno
Daun
Jambu Biji memiliki kandungan flavonoid
yang sangat tinggi, terutama quercetin.
Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan pada daun Jambu biji lainnya
seperti saponin, minyak atsiri, tanin, anti mutagenic,
flavonoid, dan alkaloid yang
belakangan ini dijadikan sebagai deodoran
alami. Itu karena daun jambu biji yang bersifat anti-bakteri dapat
melawan pertumbuhan Staphylococcus
Epidermis yang merupakan penyebab bau badan. Daun jambu biji juga mengandung zat lain seperti asam ursolat, asam psidiolat, asam
kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.
(Anonim. 2012)
III. Prosedur
Percobaan
3.1 Alat
dan Bahan
Alat :
Ø Erlenmeyer
250 mL
Ø Gelas
ukur 50 mL
Ø Corong
Ø Cawan
porselin
Ø Corong
pisah
Ø Tabung
reaksi
Ø Pipet
tetes
Ø Lempeng
porselin
Bahan
:
Ø Bagian
dari tumbuhan
Ø Methanol
Ø Larutan
H2SO4 2M
Ø Kloroform
Ø NH4OH
Ø H2SO4
pekat
Ø Larutan
HCl 2N
Ø Sebuk
Mg
Ø Anhidrida
asetat
Ø Etanol
HCl pekat
Ø Amilalkohol
Ø Larutan
NaOH 1 N
Ø Larutan
FeCl3 1%
Ø Pereaksi
Bouchardat
Ø Pereaksi
Dragendroff
Ø Pereaksi
Meyer
3.2 Skema
kerja
1. Pengumpulan
bahan tumbuhan
Dikumpulkan
Dicatat nama ilmiah dan
nama local
2. Penapisan
senyawa metabolit sekunder
Dipotong kecil-kecil
Ditambahkan kedalam
sampel
Diaduk
Didiamkan selama 5-15
menit
Disaring
Diuapkan pada 40˚C
Ditambahkan ke filtrat
Digunakan untuk
mengekstrak filtrat sebanyak 3 kali
Dipisahkan
2 lapisan yang terbentuk
3. Identifikasi
senyawa golongan terpenoid/steroid dengan uji Lieberman-Burchard
Dimasukkan kedalam
tabung reaksi
Ditambahkan kedalam
tabung reaksi
Diaduk
Ditambahkan kedalam
tabung reaksi
Diamati
warna yang terbentuk
4. Identifikasi
senyawa golongan saponin
Dimasukkan kedalam
tabung reaksi
Dikocok
vertikal selama 10 detik
Ditambahkan kedalam
tabung reaksi
5. Identifikasi
senyawa golongan flavonoid
Dimasukkan kedalam
tabung reaksi
Ditambahkan kedalam
tabung reaksi
Dikocok
Diamati
perubahan warna
6. Identifikasi
senyawa golongan kiunon
Ditambahkan
kedalam tabung reaksi
Ditamabahkan kedalam
tabung reaksi
Diaduk
dan diamati warna yang terbentuk
7. Identifikasi
senyawa golongan tannin
Dimasukkan kedalam
lempeng porselin
Ditambahkan kedalam
lempeng porselin
8. Identifikasi
senyawa golongan alkaloid
Uji dengan pereaksi
Bouchardat
Dimasukkan
kedalam lempeng porselin
Ditambahkan
kedalam lempeng porselin
Uji
dengan pereaksi Meyer
Dimasukkan kedalam
lempeng porselin
Ditambahkan
kedalam lempeng porselin
Uji
dengan pereaksi Dragendroff
Dimasukkan kedalam
lempeng porselin
Ditambahkan kedalam
lempeng porselin
IV. Hasil
dan Pembahasan
4.1 Hasil
|
Perlakuan
|
Hasil
|
Identifikasi golongan
terpenoid/steroid dengan uji Lieberman- Burchard
|
2 mL ekstrak CHCl3
+ 2 tetes anhidrida asetat + 2 tetes H2SO4 pekat
|
Tidak terjadi
perubahan warna
|
Identifikasi senyawa
golongan saponin
|
10 mL ekstrak CHCl3 dikocok + 1
tetes HCN 2N
|
Saat dikocok tidak
terapat busa,
Saat penambahan HCN
tidak terjadi perubahan
|
Identifikasi senyawa
golongan flavanoid
|
5 mL ekstrak CHCl3
+ setengah spatula serbuk Mg + 2 mL larutan etanol-HCl (1 : 1) + 5 mL
amilalkohol
|
Saat penambahan
serbuk Mg timbul busa dan larutan terasa panas,
Saat penambahan
etanol-HCl dan amilalkohol timbul warna merah
|
Identifikasi senyawa
golongan kuinon
|
5 mL ekstrak CHCl3
+ 2 mL larutan NaOH 1 N
|
Terbentuk warna merah
|
Identifikasi senyawa
golongan tanin
|
1 tetes ekstrak CHCl3
+ 1 tetes larutan FeCl3 1%
|
Terbentuk warna hitam
|
Identifikasi senyawa
golongan alkaloid
-
Uji dengan pereaksi Meyer
-
Uji dengan pereaksi Dragendroff
|
-
1 mL ekstrak CHCl3 + 2
tetes pereaksi Meyer
-
1 mL ekstrak CHCl3 + 2
tetes pereaksi Dragendroff
|
-
Terbentuk endapan berwarna kuning
-
Terbentuk endapan berwarna jingga
|
4.2 Pembahasan
Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrient, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau
nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada
tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek
yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan
penyakit
Penapisan kimia
merupakan tahap awal dari pengerjaan secara kimia. Metode yang digunakan harus
bersifat sederhana, pengerjaannya cepat, menggunakan peralatan yang minimun,
menggunakan reagen yang selektif terhadap suatu golongan senyawa tertentu,
memiliki limit deteksi yang rendah dan memberikan informasi tambahan mengenai
ada atau tudaknya gugus fungsi tertentu.
Metabolit sekunder
adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan
ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan
lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang
berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya
ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu
dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase
tertentu.
Fungsi metabolit
sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator,
dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme
untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Senyawa metabolit
sekunder yang banyak terkandung dalam tanaman merupakan sumber bahan kimia yang
tidak akan pernah habis. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa yang
dapat digunakan dalam kepentingan pengobatan dan industri. Oleh karena itu,
pengisolasian dan pengembangan metabolit sekunder amatlah berguna.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu daun jambu biji, dengan
nama latin Psidium guajava. Sedangkan nama untuk tiap daerahnya
berbeda-beda seperti, Glima breueh ( Aceh), galiman (Batak), Masiambu (Nias), Jambu
klutuk (Sunda), Jambu bigi (Madura), Sotong (Bali), Kayawase, Lutu hatu, dan Jambu rutuno (Maluku).
Daun Jambu Biji (Psidium guajava) memiliki kandungan flavonoid yang
sangat tinggi, terutama quercetin.
Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan pada daun Jambu biji lainnya
seperti saponin, minyak atsiri, tanin, anti mutagenic,
flavonoid, dan alkaloid yang
belakangan ini dijadikan sebagai deodoran
alami. Itu karena daun jambu biji yang bersifat anti-bakteri dapat
melawan pertumbuhan Staphylococcus
Epidermis yang merupakan penyebab bau badan. Daun jambu biji juga mengandung zat lain seperti asam ursolat, asam psidiolat, asam
kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.
Hal pertama yang harus
dilakukan dalam pengujian fitokimia adalah pengumpulan bagian tanaman.
Pengujian dengan menggunakan sampel tumbuhan yang masih segar dimaksudkan untuk
menghindari rusaknya jaringan sel tumbuhan. Kerusakan jaringan ini dapat
berakibat pada hilang atau rusaknya senyawa aktif yang dikandung tanaman itu akibat panas atau
tanaman tersebut terlalu lama didiamkan maka dikhawatirkan senyawa aktifnya
akan rusak disebabkan oleh enzim atau air yang terdapat pada tumbuhan yang
ditandai dengan perubahan warna (layu atau kering). Dalam pengujian fitokimia,
untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekundernya (alkaloid, steroid,
triterpenoid dan saponin), sampel daun tumbuhan Psidium guajava dipotong-potong sampai hancur
dan kemudian ditumbuk sampai halus, sehingga dinding sel tumbuhan terbuka
sehingga metabolit sekunder lebih mudah keluar dan lebih mudah diekstraksi.
10 gr sampel yang sudah dipotong-potong halus ditambahkan
methanol-air 100 mL campuran metanol-air.
Campuran ini didiamkan selama 15 menit, hal ini dilakukan untuk mendapatkan
ekstrak dari daun jambu biji. Setelah 15 menit, diperolehlah ekstrak sampel daun
jambu biji yang berwarna hijau cerah dengan volume 89 mL. Ekstrak daun jambu
biji ini kemudian diuapkan sampai volumenya menjadi 79 mL pada suhu 40. Setelah itu, larutan
diasamkan dengan penambahan H2SO4 2 M, sehingga diperoleh
ph campuran adalah 5. Filtrat ini kemudian diekstraksi dengan CHCl3
(Kloroform) sebanyak 30 mL. Hasil ekstraksi ini terbentuk 2
lapisan. Lapisan bawah adalah ekstrak dengan kloroform, Lapisan atas adalah
Air-asam. Pemisahan ini hanya dilakukan berdasarkan perkiraan saja, karena
tidak terjadi pemisahan terhadap sampel, dan tidak terjadi juga perbedaan
kecerahan warna, sehingga tidak diperoleh hasil yang memuaskan pada larutan
yang diekstrak.
Lapisan
bawah (larutan ekstrak dengan kloroform) digunakan untuk identifikasi golongan
terpenoid/steroid dengan uji Lieberman – Burchard, senyawa golongan saponin,
senyawa golongan flavanoid, senyawa golongan kuinon, dan senyawa golongan
tanin. Sedangkan, lapisan air-asam dibasakan dengan penambahan NaOH sehingga pH larutan yang diperoleh adalah 10.
Lapisan ini digunakan untuk identifikasi senyawa golongan alkaloid Uji dengan
pereaksi Meyer dan Uji dengan pereaksi Dragendroff.
A.
Identifikasi golongan terpenoid/steroid
dengan uji Lieberman – Burchard
Terpenoid
adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isopren dan secara
biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asilik, yaitu skualen. Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau
asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanwarna, berbentuk kristal, sering
kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik , yang umumnya sukar dicirikan
karena tak ada kerektifan kimianya.
Struktur:
- Asiklik : misal : skualen.
-
Siklik : - mono
-
bi
-
tri
-
tetra
-
penta
Triterpenoid yang
paling penting dan tersebar luas ialah triterpenoid penta siklik. Struktur
kimia triterpenoid terdapat dalam bentuk bebas atau glikosida.
Bentuk bebas : kepolarannya menengah.
glikosida :
kepolarannya polar.
Struktur senyawa
terpenoid
Steroid adalah
triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren
dan merupakan senyawa organik yang berasal dari
hewan dan tumbuhan dengan struktur inti molekulnya C-17, tetrasiklis dengan
susunan 3 cincin segienam dan 1 cincin segi lima. Serupa
dengan triterpen tetrasiklis, tetapi tidak mempunyai
gugus metil pada C-4 dan C-14.
Ciri umum steroid
nabati adalah:
1) Adanya
gangguan OH pada C-3
2) Adanya
ikatan rangkap antara C5 dan C6
Identifikasi Steroid:
a.
Reaksi Lieberman buchardat
b.
KLT
fase
diam : silika gel 60 F254
fase
gerak : CHCl3 : Etil asetat
(2:1)
deteksi :
UV
254 nm : fluorescensi lemah
UV
366 nm : tidak berfluorescensi
penampak
bercak: anisaldehid sulfat
(panaskan
1050C 2-5 menit) ungu s/d biru ungu
Untuk pengujian
kandungan terpenoid dan streoid dalam sampel daun, ekstrak eter ditambahkan
pereaksi Lieberman-Buchard (L-B), yaitu campuran asam asetat anhidrid dengan
asam sulfat pekat (2:1).
Indikasi positif steroid ditandai dengan perubahan warna
menjadi biru atau hijau. Warna biru atau hijau bukan merupakan warna yang
diserap melainkan warna komplementer. Warna yang diserap adalah warna jingga
sehingga diketahui steroid menyerap pada panjang gelombang 585-647 nm.
Sedangkan pada triterpenoid indikasi positif ditandai dengan perubahan warna
menjadi merah, ungu atau coklat.
Warna yang diserap oleh triterpenoid adalah warna
hijau dengan panjang gelombang 491-570 nm. Gugus –OH pada triterpenoid akan
mengalami pergeseran panjang gelombang yang diserap sehingga warna yang
ditimbulkan berbeda. Jadi warna merah, ungu atau coklat adalah warna
komplementer. Reaksi pembentukan warna ini dapat terjadi karena adanya gugus
kromofor (gugus tak jenuh) yang disebabkan oleh absorpsi panjang gelombang
tertentu oleh senyawa organik.
Senyawa organik dengan konjugasi yang ekstensif
menyerap panjang gelombang tertentu karena adanya transisi electron, sehingga
warna yang diserap bukan warna yang tampak melainkan warna komplementernya.
Jika sampel mengandung triterpenoid dan steroid sekaligus maka warna yang
pertama kali timbul adalah warna triterpenoid kemudian disusul warna steroid.
Hal ini disebabkan karena panjang gelombang yang diserap oleh triterpenoid
lebih panjang artinya energinya lebih rendah sehingga akan muncul lebih dahulu.
Hasil dari percobaan ini adalah wana hijau atau biru tidak muncul ini menandakan
bahwa sampel daun tidak mengandung terpenoid/steroid.
Reaksi
Lieberman-Buchard :
B.
Identifikasi senyawa golongan saponin
Saponin adalah suatu
glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman. Saponin ada pada seluruh
tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi
oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak
diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste
product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah sebagai
pelindung terhadap serangan serangga.
Sifat-sifat Saponin
adalah:
1) Mempunyai rasa pahit
2) Dalam larutan air
membentuk busa yang stabil
3) Menghemolisa
eritrosit
4) Merupakan racun kuat
untuk ikan dan amfibi
5) Membentuk
persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya
6) Sulit untuk
dimurnikan dan diidentifikasi
7) Berat molekul
relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati.
Toksisitasnya mungkin
karena dapat merendahkan tegangan permukaan (surface tension). Dengan hidrolisa
lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose, pentose
dan saccharic acid).
Berdasarkan atas sifat
kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok:
1) Steroids dengan 27 C
atom.
2) Triterpenoids, dengan 30 C atom
Stuktur senyawa
saponin
Adanya
saponin ditandai dengan timbulnya busa setelah pengocokan dengan akuades panas
dan busa konstan selama 15 menit. Busa tersebut terbentuk karena adanya
gelembung-gelembung udara yang terjebak dalam larutan. Saponin merupakan zat
yang memiliki senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun sehingga
pengenalannya dapat dilakukan degan mudah. Berikut reaksinya :
Saponin merupakan
komponen lipida polar yang bersifat ampifilik (memiliki gugus hidrofilik dan
gugus hidrofobik). Di dalam sistem cair, lipida cair secara spontan terdispersi
membentuk misel dengan ekor filik yang bersinggungan dengan medium cair. Misel
tersebut dapat mengandung ribuan molekul lipida. Lipida cair membentuk suatu
lapisan dengan ketebalan satu molekul yaitu lapisan tunggal. Pada sistem
tersebut, ekor hidrokarbon terbuka sehingga terhindar dari air dan lapisan
hidrofilik memanjang ke air yang bersifat polar, sistem inilah yang disebut
denga busa.
Dalam percobaan ini,
tidak didunakan air panas saat pengocokan melainkan HCN. Saat penambahan HCN
tidak timbul busa itu artinya sampel tidak mengandung senyawa saponin.
Seharusnya saponin pada sampel positif, hasil negatif ini mungkin disebabkan
karena kandungan senyawa saponin yang sedikit, sehingga saat diekstraksi
saponin tidak terikat.
C.
Identifikasi senyawa golongan flavanoid
Semua flavonoid,
menurut strukturnya, merupakan senyawa induk flavon yang terdapat berupa tepung
putih pada tumbuhanPrimula, dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama.
Saat ini dikenal sekitar 20 jenis flavonoid.
Flavonoid terutama
berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan alkohol
70% dan tetap ada pada lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter minyak
bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila di
tambah basa atau amoniak, jadi flavonoid mudah dideteksi pada kromatogram atau
dalam larutan.
Flavonoid mengandung
sistem aromatik yang terkonyugasi dan karena itu menunjukan pita serapan kuat
pada spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid umumnya terdapat dalam
tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid.
Flavonoid terdapat
dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal
dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri
atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun
bunga hampir selalu disertai oleh flavon dan flavonolol tanwarna. Flavonoid
mempunyai rumus umum, C6C3C6.
Struktur senyawa Flavonoid
Flavonoid merupakan
senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil. Oleh karena itu,
umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti metanol. Metanol berfungsi
sebagai pembebas flavonoid dari bentuk garamnya, kemudian ditambahkan asam
sulfat 2N, asam sulfat berfungsi untuk protonasi flavonoid sehingga terbentuk
garam flavonoid. Setelah itu ditambahkan bubuk magnesium. Hasil positif
ditunjukkan dengan larutan berubah warna menjadi orange. Reaksi yang terjadi
dapat dilihat dari reaksi berikut:
Dari percobaan yang dilakukan
hasilnya Saat penambahan serbuk Mg timbul busa dan larutan terasa panas, dan
saat penambahan etanol-HCl dan amilalkohol timbul warna merah. Ini menandakan
bahwa sampel positif mengandung flavonoid.
D.
Identifikasi senyawa golongan kuinon
Kuinon adalah senyawa
berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang
terdiri atas 2 gugus karbonil yang berkonyugasi dengan 2 ikatan
rangkap karbon – karbon. Untuk tujuan identifikasi, kuinon dapat dipilah
menjadi 4 kelompok: benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon
isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya terhidroksilasi dan bersifat senyawa
fenol serta mungkin terdapat in vivo dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai
glkosida atau kuinol tanwarna, kadang-kadang juga bentuk dimer. Dalam hal
demikian, diperlukan hidrolisis asam untuk melepaskan kuinon bebas nya. Kuinon
isoprenoid terlibat dalam respirasi sel dan fotosintesis dan dengan
demikian kuinon tersebar secara merata dalam tumbuhan.
Warna pigmen kuinon
alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai ke hampir hitam. Walaupun kuinon
tersebar secara luas, namun perannya terhadap warna tumbuhan sangat
kecil. Jadi, pigmen ini sering terdapat dalam kulit, akar, atau jaringan lain,
namun warna pigmen kuinon ini tidak mendominasi.
Deteksi pendahuluan
kuinon, untuk memastikan suatu pigmen termasuk kuinon atau bukan, dapat dilakukan
dengan reaksi warna. Reaksi yang khas adalah reduksi bolak-balik yang mengubah
kuinon menjadi senyawa berwarna, kemudian warna kembali lagi bila terjadi
oksidasi oleh udara. Reaksi dapat digunakan dengan menggunakan natrium
borohidrida dan oksidasi ulang dapat dilakukan dengan mengocok larutan itu
diudara. Untuk kebanyakan kuinon, hasil uji reduksi dalam larutan yang agak
basa lebih mencolok dan oksidasi ulang di udara lebih cepat. Kuinon menunjukan
geseran batokrom yang kuat dalam basa, tetapi ini bukan ciri khasnya.
Dari percobaan hasilnya
saat ditambahkan 2 mL NaOH 1N terbentuk warna merah, yang menandakan bahwa
sampel positif mengandung senyawa kuinon.
E.
Identifikasi senyawa golongan tanin
Tanin merupakan suatu
senyawa golongan yang terbesar dari senyawa kompleks yang tersebar luas pada
dunia tumbuhan. Tanin dianggap senyawa kompleks yang dibentuk dari campuran
polifenol yang sangat sukar dipisahkan karena tidak dapat dikristalkan. Tanin
umumnya terdapat dalam organ: daun, buah, kulit batang, dan kayu. Didalam
tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila
jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya maka reaksi penyamakan dapat
terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan
pencernaan hewan.
Tanin dapat berfungsi sebagai astringent dan memiliki
kemampuan untuk menyamak kulit. Secara kimia, tanin adalah ester yang dapat
dihidrolisis oleh pemanasan dengan larutan asam sampai menghasilkan senyawa
fenol, biasanya merupakan derivate atau turunan dari asam garlic dan gula.
Identifikasi senyawa tannin memberikan hasil positif yang ditunjukkan dengan
terbentuknya warna hitam pada larutan. Pada percobaan ini,
hasilnya saat sampel ditambahkan 1 tetes FeCl3 1% adalah terbentuk
warna hitam, dengan ini menandakan bahwa sampel positif mengandung tanin.
Percobaan selanjutnya adalah, air-asam yang diperoleh pada
hasil ekstraksi yang pertama dibasakan sampai PH 10 dengan menggunakan NH4OH,
tujuan dibasakan untuk mengendapkan alkaloid agar dapat diperoleh alkaloid
dalam bentuk garam atapun alkaloid dalam bentuk basa bebas, yang kemudian diekstraksi dengan menggunakan campuran CHCl3-metanol
sebanyak 2 kali untuk memperoleh hasil yang lebih baik, campuran CHCl3-metanol
digunakan dengan tujuan dapat menarik senyawa alkaloid karena alkaloid
mempunyai kelarutan yang baik dalam kloroform maupun alkohol, tetapi tidak
larut dalam air meskipun dapat, larut dalam air panas.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung
paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam
sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Hampir
semua alkaloida yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan biologis tertentu,
ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan.
Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan
mempunyai efek sifiologis dan psikologis. Alakaloida dapat ditemukan dalam
berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang.
Alakloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari
campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan. Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh
karena itu, suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin,
morfin dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang
mencirikan alkaloida.
Struktur senyawa alkaloid
Adanya kandungan
alkaloid ditandai dengan adanya endapan. Hal ini terjadi karena senyawa
alkaloid mengandung atom nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas.
Elektron bebas ini akan disumbangkan pada atom logam berat membentuk senyawa
kompleks dengan gugus yang mengandung atom nitrogen sebagai ligannya. Senyawa
kompleks ini tidak larut (mengendap) dan memberikan warna sesuai dengan
pereaksi yang digunakan. Dengan pereaksi Dragendorff akan terbentuk endapan jingga
dan dengan pereaksi Meyer akan terbentuk endapan kuning. Reaksi yang terjadi
yaitu :
A. Uji
dengan Pereaksi Meyer
B. Uji
dengan Pereaksi Dragendroff
Dari percobaan
yang dilakukan, baik uji dengan pereaksi Meyer maupun pereaksi Dragendroff
alkaloid positif ada pada sampel. Hal ini ditandadi dengna timbulnya endapan
warna kuning pada pereaksi Meyer dan endapan berwarna jingga pada pereaksi
Dragendroff.
V.
Penutup
5.1 Kesimpulan
1. Kandungan
senyawa alkaloid positif dalam Psidium
guajava, hal ini diketahui dengan adanya endapan saat uji dengan pereaksi Meyer berwarna
kuning dan Dragendroff berwarna jingga .
2. Kandungan senyawa flavonoid
positif dalam Psidium guajava, hal
ini diketahui dengan menambahkan setengah spatula serbuk
Mg, 2 mL larutan etanol-HCl (1 : 1), dan
5 mL amilalkohol dan timbul warna merah pada larutan.
3. Kandungan
senyawa kuinon positif dalam Psidium
guajava, hal ini diketahui saat penambahan 2 mL larutan NaOH 1 N
terbentuk warna merah pada larutan.
4. Kandungan
senyawa tanin positif dalam Psidium
guajava, hal ini diketahui saat penambahan
1 tetes larutan FeCl3 1% terbentuk warna hitam pada larutan.
5. Psidium guajava tidak mengandung
terpenoid/steroid karena tidak terjadi perubahan warna biru ataupun hijau saat
penambahan 2 tetes anhidrida asetat dan 2 tetes H2SO4 pekat.
5.2 Saran
Ada
baiknya sebelum praktikum, semua prosedur kerja dipahami, sehingga praktikum
dapat berjalan kondusif.
VI.
Daftar
Pustaka
Anonim. 2013. Laporan
akhir praktikum. Diakses tanggal 1/05/2014.
Anonim. 2012. Laporan
organik II penapisan fotokimia. Diakses tanggal 1/05/2014.
Nurhari, Ogi. 2010. Uji Fitokimia-Terpenoid. Bandung : Sekolah Tinggi Farmasi.
Sumarnie, H.Priyono dan Praptiwi. 2005. Identifikasi Senyawa Kimia Dan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Piper sp. Asal papua. Biologi-LIPI : Puslit.
Sabarwati, S. H,. 2006. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Kendari : Jurusan Kimia
FMIPA Unhalu.
No comments:
Post a Comment