ANTIHIPERTENSI
I.
Pendahuluan
Pengertian
Hipertensi adalah
suatu keadaan medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi normal.
Di seluruh dunia hipertensi telah menjadi suatu penyakit yang dihubungkan
dengan angka morbiditas, mortalitas serta biaya (cost) yang tinggi di
masyarakat. Hipertensi juga merupakan faktor risiko penting, yang dapat
dimodifikasi, untuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif,
gagal ginjal dan penyakit arteri perifer. Antihipertensi adalah
obat – obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi. Antihipertensi
juga diberikan pada individu yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya
penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko terkena stroke maupun
miokard infark. Pemberian obat bukan berarti menjauhkan individu dari
modifikasi gaya hidup yang sehat seperti mengurangi berat badan, mengurangi
konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok, mengurangi stress dan
berolahraga.
Derajat
Hipertensi (WHO)
|
|
Mild
HT
|
140
– 159 mmHg / 90 – 104 mmHg
|
Moderate
HT
|
160
– 179 mmHg / 105 – 119 mmHg
|
Severe
HT
|
>180
mmHg / 120 mmHg
|
Malignan
HT
|
>
180 mmHg / 120 mmHg + Retinopati, Haemorrage, Papil edema
|
Isolated
Syst. HT (<70 th)
|
S
> 160 mmHg; D < 95 mmHg
|
Sekali ditetapkan hipertensi, pertanyaan yang muncul, apakah
diperlukan pengobatan atau tidak dan obat mana yang digunakan haruslah
dipertimbangkan. Tingkat tekanan darah, umur dan jenis kelamin pasien, tingkat
keparahan kerusakan organ (jika ada) karena tekanan darah tinggi serta
kemungkinan adanya faktor-faktor resiko kardiovaskular, semua harus
dipertimbangkan.
Kesuksesan pengobatan hipertensi menuntut kepatuhan terhadap
instruksi diet dan penggunaan obat yang dianjurkan. Pendidikan mengenai sifat
alami hipertensi dan pentingnya perawatan serta pengetahuan tentang efek-efek
samping potensial obat sangat perlu diberikan. Faktor-faktor lain yang dapat
meningkatkan kepatuhan pasien adalah penyederhanaan aturan pemberian dosis dan
juga meminta pasien untuk memantau tekanan darahnya selama di rumah
Hipertensi
berkepanjangan akan merusak pembuluh-pembuluh darah ginjal, jantung, dan otak
serta menimbulkan peningkatan insiden gagal ginjal, gagal jantung, stroke, dll.
Factor resiko orang yang terkena hipertensi antara lain : diabetes,
hiperlipidema, dan adanya riwayat keluarga penderita penyakit kardiovaskular.
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor, yaitu :
a. Curah
jantung
Ialah
hasil kali denyut jantung da nisi sekuncup jantung. Besarnya sekuncup jantung
ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot jantung dan volume darah kembali ke
jantung
b. Resistensi
perifer
Adalah
gabungan tekanan otot polos arteri dan viskositas darah. Resistensi disebabkan
oleh berkurangnya elastisitas dinding pembuluh darah akibat adanya
arteriosclerosis yang terjadi karena meningkatnya usia atau karena pengendapan.
Ada 2 macam tekanan darah :
a. Sistolik
Adalah tekanan darah yang terjadi pada saat jantung
benkontraksi. Tekanan ini selalu lebih besar dari tekanan diastolic.
b. Diastolic
Adalah tekanan darah yang terjadi pada saat jantung
bereaksi (mengembang).
Tekanan darah dinyatakan dengan satuan mmHg, missal 150 / 80
mmHg artinya tekanan darah sistolik 150 dan tekanan darah diastolic 80, mmHg
sendiri artinya millimeter Hegnium atau tiap millimeter air raksa.
Dikatakan hipertensi bila ada peningkatan tekanan darah sistolik
atau diastolic yang kronis.
Tekanan
darah diatur oleh Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS). Hormone renin
yang dihasilkan oleh ginjal. Bila aliran darah dalam glomelurus berkurang
ginjal akan melepaskan renin. Dalam plasma renin bergabung dengan protein
membentuk Angiotensin I, yang oleh enzim ACE (Angiotensin Converting Enzym)dirubah
menjadi Angiotensin II, yang katif dan bersifat vasokontriksi dan menstimulir
hormone aldosterone yang mempunyai efek retensi air dan garam, sehingga volume
darah bertambah mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Factor yang mempengaruhi tekanan darah :
a. Volume
denyut jantung : makin besar volume denyut jantung, tekanan darah makin tinggi
b. Elastisitas
dinding arteri : makin kurang elastis pembuluh darah tekanan darah makin tinggi
c. Hormone :
gelisah, tegang, takut, emosi atau marah
II.
Macam-macam
Hipertensi
Berdasarkan etiologi :
a. Hipertensi
esensial atau hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Hipertensi esensial ini merupakan 90% dari kasu hipertensi. Factor
yang mempengaruhinya antara lain, usia, jenis kelamin, merokok, kolesterol,
berat beadan.
b. Hipertensi
sekunder disebabkan oleh penyakit, obat. Yang disebabkan oleh ginjal disebut
hipertensi renal, sedangkan yang disebabkan penyakit endokrin disebut
hipertensi endokrin. Sedang obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi
misalnya, hormone kontrasepsi, hormone kortekosteroid, anti depresa, dll.
Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak
menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
1. sakit kepala
2. kelelahan
3. mual
4. muntah
5. sesak napas
6. gelisah, serta
7. pandangan menjadi kabur yang terjadi
karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
III.
Pencegahan
Berhubung gejala khas tidak ada, sedangkan hipertensi
beresikobesar, maka perlu mengenal lebih awal gangguan ini., yaitu dengan
mengukur tekanan darah berkala (minimal sekali dalam setahun) terutama bagi
yang sudah berusia 45 tahun ke atas.
Bebarapa tindakan umum yang perlu dilakukan oleh
pasien meskipun hanya menderita hipertensi ringan antara lain :
a. Bagi yang
obesitas : menurunkan berat badan, sebab dengan menurunkan berat badan, volume
darah juga akan berkurang. Penurunan berat badan 1 kg akan menurunkan tensi
darah.
b. Diet garam
: maksimum 2 gram per hari. Mengurangi konsumsi lemak termasuk daging,
sebaliknya memperbanyak konsumsi makanan nabati.
c. Tidak
merokok, mengurangi minum kopi dan alcohol. Sebab nikotin mempunyai efek
vasokontrixi dan karbondioksida dalam asap rokok menggangu pernafasan. Kafein
dapat menstimulir kontaxi jantung begitu juga dengan alkohol.
d. Istirahat
yang cukup dan olahraga teratur.
IV.
Pengobatan
Prinsip pengobatan hipertensi adalah menurunkan
tekanan darah, bila mungkin sampai tekanan darah normal atau pada tekanan yang
tidak mengganggu fungsi ginjal, otak dan jantung. Ada dua cara pengobatan
hipertensi yaitu farmakologis dan non farmakologis.
Terapi non farmakologis adalah terapi tanpa
menggunakan obat-obatan missal menurunkan berat badan, diet garam dan
sebagainya.
Terapi farmakologi :
1. Pemberian
diuretic
Diuretic dapat digunakan sebagai terapi obat pilihan
pertama untuk hipertensi, kecuali jika terdapat alasan memilih obat lain.
a. Diuretic
tiazid Kegunaan terapeutik : diuretic tiazid menurunkan tekanan darah pada
posisi baik telentang ataupun berdiri. Obat ini bekerja berlawanan terhadap
retensi air dan natrium yang terjadi oleh obat lain yang juga digunakan untuk
terapi hipertensi. Oleh sebab itu tiazid biasa dikombinasikan dengan beragam
obat antihipertensi lain termasuk penghambat β, penghambat ACE dan lain-lain.
·
Mekanisme kerja : menghambat reabsorbsi Natrium dan
Klorida pada lengkung henle, yang menyebabkan diuresis ringan, menurunkan
tekanan darah dengan mendeplesi simpanan natrium dan ekskresi air. Suplemen
kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros kalium.
·
Contoh : Hidroklortiazid, klortalidon, indapamid
·
Farmakokinetik : diuretic tiazid per oral. Kecepatan
absorbsi dan eliminasi sangat bervariasi namun belum ada data yang falid yang
menunjukan kelebih tepatan setiap obat.
.
b. Loop
diuretik
Mekanisme
kerja : adanya penghambatan terhadap transport elektrolit Na, K danCl sehingga
menyebabkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau.
Contoh
: furosemid, bumetanid.
c. Diuretik
hemat kalium
Mekanisme kerja : meningkatkan eksresi natrium dan air
sambil menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan dalam gabungan dengan diuretik
boros kalium untuk memperkecil kesetimabangan kalium.
Contoh : amilorid, spironolakton, triamterin.
d. Diuretik
osmotik
Mekanisme kerja : menarik air ke urin, tanpa
mengganggu sekresi atau absorbsi ion dalam ginjal.
Contoh : manitol
2. Penghambat
adrenoreseptor atau
antagonis adrenergik
Obat ini digunakan untuk terapi hipertensi ketika
penyakit penyerta timbul misal gagal jantung. Agonis adrenergik meningkatkan
tekanan darah dengan merangsang jantung (reseptor β1) dan/ atau kontriksi
pembuluh darah perifer (reseptor α1). Efek adrenegrik dapat ditekan dengan
menghambat pelepasan agonis adrenergik atau melakukan antagonisasi reseptor
adrenergik.
a. Kerja :
menurunkan tekanan darah terutama dengan penurunan curah jantung obat ini juga
dapat menurunkan aliran keluar simpatis dari SSP dan menghamabt pelepasan renin
dari ginjal sehingga menurunkan pembentukan Anginotensin II.
Farmakokinetik
: penghambat β efektif
per oral. Penghambat β dapat memerlukan
beberapa minggu untuk menghasilkan efeknya.
Contoh :
propanolol, timolol
b. Anti
adrenergik sentral : mencegah aliran
keluar simpatis (adrenergik) dari otak dengan mengaktifkan α2
penghambat.
Contoh : klonidin, metil DOPA
c. Antiadrenergik
perifer : mencegah pelepasan noreepineprin dari terminal saraf perifer
(misalnya yang berakhir di jantung).
Contoh : reserpin, guanetidin.
d. Bloker alfa
dan beta
Bersaing dengan agonis endogen memperebut reseptor
adrenergik. Penempatan resepator α1 oleh antagonis menghambat vasokonstriksi
dan penempatan reseptor β1 mencegah perangsangan adrenergik pada jantung.
3. Penghambat
ACE
Direkomendasikan aapbila diuretic atau penghambat β tidak efektif.
Kerja : menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
resistensi vaskuler tanpa peningkatan curah jantung
Contoh : kaptopril, lisinopril,
enalapril, lamipril
4. Vasodilasator
Bekerja dengan cara menghasilkan relaksasi otot polos
vaskuler yang akan menurunkan resistensi dan tekanan darah.
Obat contohnya hydralazine dan minoxidil
5. Antagonis
kalsium
Mekanisme kerja : Obat ini melebarkan
pembuluh darah sehingga tekanan kapiler menurun. Obat ini mencegah masuknya
'Calsium' ke jaringan melalui 'Calcium Channel' sehingga akan me'relaksasi'
(mengendurkan) dinding pembuluh darah arteri dan menurunkan kontraksi jantung.
Contoh : nifedipin, nikardipin, verapamil,
dll.
CONTOH OBAT ANTIHIPERTENSI DIPASARAN
Sediaan di Pasaran
· Diuretik :
Aldactone, Furosemid, dan Classic.
·
Antiadrenergik
:Bbisovell, B-Beta, Propanolol, Reserpin dan Carbloxal.
·
Vasodilator
: Brainact, Dizine, dan Ergotika.
· ACE –inhibitor : Accupril,
Captopril, Lisinopril, Captensin, Cardace, dan Angioten
·
Antagonis
Kalsium : Nilardipin, Verapamil, Actapin, Amcor, dan Cardiover
Daftar pustaka
Neal, M.J. (2006). At a Glance Farmakologi Medis, Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit
Erlangga
No comments:
Post a Comment