LAPORAN PRAKTIKUM FORM TEK LIQUID SEDIAAN SOLUTIO @Kentirpharma Javanesia - PARANGENES SYRUP
BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung
satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna
yang larut dalam air atau campuran konsolven. Beberapa contoh sediaan larutan
oral, antara lain: Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau
pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat.
Komponen-komponen dari sirup : (1) gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula
yang digunakan untuk memberi rasa manis dan kental, (2) pengawat antimikroba,
(3) pembau, dan (4) pewarna.
Faktor utama pemilihan penggunaan obat bentuk sediaan cair
khususnya larutan yaitu lebih mudah ditelan dibandingkan dengan bentuk sediaan
padat seperti tablet atau kapsul, sehingga lebih cocok untuk pemberian pada
bayi, anak-anak, dan usia lanjut yang susah menelan obat dalam bentuk kapsul
atau tablet. Sediaan tablet atau kapsul dihindari untuk anak kurang dari 5
tahun. Disamping itu, larutan juga memberikan efek yang lebih cepat karena obat
cepat di absorbsi tanpa mengalami proses disintegrasi dan pelarutan karena
sudah berada dalam bentuk larutan. Untuk pemakaian luar , larutan lebih mudah
digunakan. Namun ada beberapa obat yang tidak stabil atau mudah rusak bila dibuat
dalam larutan, sehingga harus selalu dibuat baru bila akan digunakan.
Setiap orang tentunya pernah
merasakan rasa nyeri. Mulai dari nyeri ringan seperti sakit kepala, nyeri
punggung, nyeri haid, reumatik dan lain-lain seperti nyeri yang berat. Obat
nyeri itu dinamakan obat analgesik. Analgesik yang sering digunakan salah
satunya adalah parasetamol. Selain sebagai analgesik, parasetamol juga dapat
digunakan untuk obat antipirek (demam). Parasetamol banyak digunakan karena
disamping harganya murah, parasetamol adalah anti nyeri yang aman untuk
swamedikasi (pengobatan mandiri.
Parasetamol adalah golongan obat
analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah
untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang menstruasi, dan diindikasikan
juga untuk demam. Parasetamol itu aman terhadap lambung juga merupakan
Analgesik pilihan untuk ibu hamil maupun menyusui. Tapi bukan berarti
parasetamol tidak mempunyai efek samping. Efek samping parasetamol berdampak ke
liver atau hati. Parasetamol bersifat toksik di hati jika digunakan dalam dosis
besar.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan larutan ?
2.
Bagaimana formulasi sediaan solutio
?
C. Tujuan
1.
Mengetahui dan memahami pengertian
larutan.
2.
Mengetahui dan memahami formulasi
solutio.
3.
Memahami uji-uji yang di lakukan
pada sediaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Larutan atau
solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu zat aktif atau lebih yang
terlarut didalamnya, biasanya menggunakan air sebagai pelarut. Perbedaan potio
dan larutan (solutio) adalah potio merupakan sediaan cair untuk konsumsi obat
secara oral, sedangkan larutan (solutio) merupakan sediaan cair yang bisa
digunakan secara oral, topikan, parenteral dan sebagainya (Margaret , 2009)
Sirup adalah salah satu bentuk sediaan cair yang dalam dunia
farmasi yang dikenal luas oleh masyarakat. Saat ini, banyak sediaan sirup yang
beredar di pasaran dari berbagai macam merk, baik yang generic maupun yang
paten.Biasanya, orang-orang mengunakan sediaan sirup karena disamping mudah
penggunaannya, sirup juga mempunyai rasa yang manis dan aroma yang harum serta
warna yang menarik sehingga disukai oleh berbagai kalangan, terutama anak-anak
dan orang yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan oral lainnya. Secara
umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair
kental yang minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005).
Menurut Buku Ilmu Meracik Obat
Larutan
adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia yang terlarut, sebagai pelarut
digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Larutan terjadi apabila suatu zat
padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molecular
dalam cairan tersebut, (Anief, 1997)
Hal
yang diperhatikan dalam pembuatan larutan :
a. Kelarutan
zat aktif harus jelas dan bisa larut
b. Kestabilan
zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus baik
c. Dosis
takaran tepat
d. Penyimpanan
yang sesuai
B. Keuntungan
dan kerugian sediaan cair
Keuntungan Sediaan Cair :
1. Cocok untuk penderita yang sukar menelan tablet.
2. Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral
lain. Urutan
kecepatan absorpsinya larutan > emulsi > suspensi.
3. Homogenitas lebih terjamin.
4. Dosis/takaran dapat di sesuaikan.
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan semi padat, terutama
bentuk larutan. Untuk emulsi dan suspensi, keseragaman dosis tergantung
pada pengocokan.
6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa
lambung atau di rusak cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat.
Hal ini dapat di kurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair
karena faktor pengenceran.
Kerugian Sediaan Cair :
1. Tidak dapat di buat untuk senyawa
obat yang tidak stabil dalam air.
2. Bagi obat yang rasanya pahit atau
baunya tidak enak sukar di tutupi.
3. Tidak praktis.
4. Takaran penggunaan obat tidak dalam
dosis terbagi, kecuali sediaan dosis tunggl, dan harus menggunakan alat khusus.
5. Air merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri dan merupakan katalis reaksi.
6. Pemberian obat harus menggunakan
alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan parenteral).
C.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan
1. Sifat dari
solute dan solvent
Solute yang
polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik
larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula.
Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
2. Cosolvensi
Cosolvensi
adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut
lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3.
Kelarutan
Zat yang mudah
larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan
banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya
adalah :
a. Dapat larut
dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali
AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam
nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4,
PbSO4, CaSO4.
b. Tidak larut
dalam air
Semua garam karbonat tidak larut
kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida
dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua
garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III
Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan
istilah sebagai berikut:
Istilah kelarutan
|
Jumlah bagian pelarut yang
diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat
|
Sangat mudah larut
|
< 1
|
Mudah larut
|
1- 10
|
Larut
|
10-30
|
Agak sukar larut
|
30-100
|
Sukar larut
|
100-1000
|
Sangat sukar larut
|
1000-10000
|
Praktis tidak larut
|
>10000
|
4.
Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat
tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya
membutuhkan panas.
Berdasarkan
pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
a. Zat-zat yang
atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
b. Zat yang
terurai, misalnya : natrium karbonas.
c. Saturation
d. Senyawa-senyawa
kalsium, misalnya : Aqua calsis.
5.
Salting Out
Salting Out
adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih
besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak
atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl
jenuh.
6.
Salting In
Salting in
adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam
solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air
tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7.
Pembentukan Kompleks
Pembentukan
kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan
zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam
larutan KI atau NaI jenuh.
Kecepatan kelarutan dipengauhi oleh :
a.
Ukuran partikel
: Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan
solvent, solute makin cepat larut.
b. Suhu : Umumnya
kenaikan suhu menambah kenaikan kelaruta solute.
c. Pengadukan.
D. Komponen
Sirup
1.
Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan.
Dilihat dari kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan
pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol,
sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
2.
Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam
penyimpanan agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba
atau jamur.
3.
Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa
buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai
rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus
mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup
untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus
sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma
citrus.
4.
Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut
dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya
stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan
cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya
dibuat konsisen dengan rasa.
Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam
perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental
dan stabilisator.
E.
Stabilitas Sediaan Sirup
1.
Stabilitas Kimia
Stabilitas
kimia adalah kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat kimia dan karakteristiknya
sarna dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Stabilitas kimia pada sediaan
sirup dilakukan untuk mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensiasi yang
tertera pada etiket dalam batas yang dinyatakan dalam spesifikasi.
Uji stabilitas kimia sediaan sirup :
a.
Identifikasi
b.
Penetapan Kadar
2.
Stabilitas
Fisika
Stabilitas
fisika adalah tidak terjadinya perubahan sifat fisik dari suatu produk selama
waktu penyimpanan. Stabilitas fisika pada sediaan sirup dilakukan untuk
mempertahankan keutuhan fisik meliputi perubahan warna, perubahan rasa,
perubahan bau, perubahan tekstur atau penampilan.
Uji
stabilitas fisika sediaan sirup :
a.
Organoleptik seperti bau, rasa, warna
b.
pH
c.
Berat
jenis
d.
Viskositas
e.
Kejernihan
larutan
f.
Volume terpindahkan
g.
Kemasan, meliputi etiket, brosur, wadah,
peralatan pelengkap seperti sendok, no. batch dan leaflet.
3.
Stabilitas
Mikrobiologi
Stabilitas
mikrobiologi suatu sediaan adalah keadaan di mana sediaan bebas dari
mikroorganisme atau tetap memenuhi syarat batas mikroorganisme hingga batas
waktu tertentu. Stabilitas mikrobiologi pada sediaan sirup untuk menjaga atau
mempertahankan jumlah dan menekan pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat
dalam sediaan sirup hingga jangka waktu tertentu yang diinginkan.
Uji
stabilitas mikrobiologi sediaan sirup :
a.
Jumlah cemaran mikroba ( uji batas mikroba
), untuk sediaan oral (sirup, tablet, granul, sirup kering, granul) dan rektal
:
Total bakteri aerob :
Tidak lebih dari 10.000 CFU / gram atau ml.
Total jamur/fungi :
Tidak lebih dari 100 CFU / gram atau ml
Escherichia
coli, staphyloccocus : negatif
Uji
efektivitas pengawet
Untuk sediaan antibiotik
dilakukan Penetapan Antibiotik secara Mikrobiologi
4.
Stabilitas Farmakologi
Stabilitas
farmakologi pada sediaan sirup dilakukan untuk menjamin identitas, kekuatan,
kemurnian,dan parameter kualitas lainnya dalam kurun waktu tertentu sehingga
efek terapi tidak berubah selarna usia guna sediaan sirup.
Uji stabilitas farmakologi sediaan sirup :
a.
Pemerian : warna, bau, rasa
b.
Identifikasi
c.
Penetapan Kadar
5. Stabilitas
Toksikologi
Stabilitas
toksikologi sediaan sirup dilakukan untuk menguji kemampuan suatu produk untuk
bertahan dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan, sifat dan karakteristiknya sarna dengan yang dimilikinya pada saat
dibuat sehigga tidak terjadi peningkatan bermakna dalam toksisitas selama
usia guna.
Uji
stabilitas farmakologi sediaan sirup :
a. Pemerian
: warna, bau, rasa
b. Identifikasi
c. Penetapan
Kadar
F.
Tinjauan Bahan
1. ACETAMINOPHENUM
Nama
lain : asetaminofen, parasetamol
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7
bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan
dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida.
Kemurnian : asetaminofen mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 n
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
BM : 151,16
Titik
lebur : 169o sampai 172o
Khasiat : analgetikum, antipiretiK
Parasetamol atau
asetaminofen adalah obat analgesic dan antipiretik yang popular dan digunakan
untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta demam.
Penggunaan dalam sebagian besar resep obat analgesic selesma dan flu.Ia aman
dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, over dosis obat baik sengaja
atau tidak sengaja sering terjadi.
Parasetamol
termasuk dalam golongan obat penurun demam (antipiretik) dan penghilang nyeri
(analgesik) untuk nyeri ringan hingga sedang. Akan tetapi parasetamol tidak
memiliki efek anti-rematik dan anti-radang.Selain itu, parasetamol tidak
menimbulkan iritasi di lambung sehingga bias diminum sebelum makan.
Overdosis
parasetamol dapat terjadi pada penggunaan akut maupun penggunaan berulang. Over
dosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang mengkonsumsi parasetamol
dalam dosis besar dalam waktu 8 jam atau kurang. Over dosis akut dapat
menyebabkan kerja diantoksik pada hati (hepatotoksisitas) dan kerusakan sel
ginjal. Kematian bias terjadi (mencapai 3-4% kasus) jika parasetamol digunakan
sampai 15 gram. Adapun over dosis pada penggunaann berulang dapat menyebabkan
anemia dan gangguan saluran pencernaan.
Risiko
kerja diantoksik pada hati dapat meningkat jika parasetamol digunakan bersamaan
dengan obat-obatan lain, seperti: karbamazepin, fenitoin, barbiturate,
rifampisin, sulfinpirazon, dan isoniazid.
Khasiat
paracetamol
a)
Analgesik. Paracetamol
bekerja sebagai inhibitor prostaglandin lemah dengan menghalangi produksi
prostaglandin, yang merupakan zat kimia yang terlibat dalam proses pengiriman
pesan rasa sakit ke otak. Dengan mengurangi jumlah prostaglandin, paracetamol
membantu mengurangi rasa sakit. Namun, berbeda dengan aspirin, paracetamol
memblokir pesan rasa sakit di sistem saraf pusat, bukan pada sumber rasa
sakit. Paracetamol digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang,
termasuk sakit kepala, migrain, nyeri otot, neuralgia, sakit punggung, nyeri
sendi, nyeri rematik, sakit gigi, nyeri tumbuh gigi, artritis, dan nyeri
menstruasi.
b)
Antipiretik. Paracetamol
adalah antipiretik yang dapat mengurangi demam dengan memengaruhi bagian otak
yang disebut hipotalamus yang mengatur suhu tubuh. Efek ini membuat paracetamol
banyak digunakan dalam obat-obatan untuk batuk, pilek dan flu. Secara khusus,
paracetamol diberikan kepada anak-anak setelah pemberian vaksinasi untuk
mencegah demam pasca-imunisasi.
Tubuh
menyerap paracetamol dengan cepat. Paracetamol dalam bentuk larutan lebih cepat
diserap daripada tablet padat. Efek paracetamol biasanya akan mencapai
puncaknya antara setengah jam sampai dua jam setelah konsumsi, dengan efek
analgesik berlangsung selama sekitar empat jam. Setelah itu, paracetamol akan
dikeluarkan dari tubuh.
2. METHYLIS
PARABENUM
Nama
lain : metil paraben, nipagin M
Rumus
kimia : C8H8O3
Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir
tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20
bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dan dalam 3 bagian aseton
P, mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60
bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika
didinginkan larut jernih.
Kemurnian : metil paraben mengandung tidak kurang
dari 99% dan tidak lebih dari 101,0% C8H8O3.
BM : 152,15
Titik
lebur : 125o sampai 128o
Konsentrasi : 0,02% - 0,3%
Khasiat : zat tambahan
3. GLYSEROLUM
Nama
lain : gliserin, gliserol
Rumus
kimia : C3H8O3
Pemerian : cairan seperti sirup, jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan
beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20o
Kelarutan : dapat campur dengan air, dan dengan
etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam
minyak lemak.
BM : 92,10
Khasiat : zat tambahan
4. PROPYLEN
GLYCOLUM
Nama
lain : propilen glikol
Rumus
kimia : C3H8O2
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, rasa agak manis
Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol
(95%)P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur
dengan eter minyak tanah P, dan dengan minyak lemak
Indeks
bias : 1,431 sampai 1,433
Jarak
didih : pada suhu 185o
sampai 189o tersuling tidak kurang dari 95% vv
Bobot
per ml : 1,035 gram sampai 1,037 gram
BM : 76,10
Khasiat : zat tambahan
5. SUKROSA
Nama
lain : sucrosum, sakarosa
Rumus
kimia : C12H22O11
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna,
massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, rasa manis, stabil
di udara. Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, lebih
mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
BM : 342,30
Khasiat : pemanis
6. AQUA
DESTILATA
Nama
lain : air suling,
Rumus
kimia : H2O
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : air suling dibuat dengan menyuling air
yang dapat diminum.
Khasiat : pelarut
7. AQUA
MENTHAE PIPERATE
Nama
lain : peperminttwater, air permen
Kocok
Satu
bagian minyak perrmen........................................1
Dengan
kuat-kuat dengan
Sembilan
puluh sembilan bagian Air suam
kuku.........99
Tambahkan
sesudah didinginkan. Dengan mengocok bagian demi bagian.
Sembilan
ratus bagian air..........................................900
Zat
cair yang sedikit keruh.
Khasiat : zat tambahan
G. Formulasi
No.
|
Nama
bahan
|
Khasiat
|
Rentang ( % )
|
%
|
Berat (g)
|
1
|
Paracetamol
|
Zat aktif
|
-
|
2,5
|
2,5
|
2
|
Sukrosa
|
Sweetening agent
|
-
|
40
|
40
|
3
|
Nipagin
|
Pengawet
|
0,015 – 0,2
|
0,1
|
0,1
|
4
|
Gliserin
|
Sweetening agent
|
≤ 20
|
10
|
10
|
5
|
Propilenglikol
|
Solvent
|
10 – 25
|
25
|
25
|
6
|
Aq. Menth pip
|
Essence
|
-
|
-
|
2 tts
|
7
|
Aqua Destilata
|
Solvent
|
-
|
Ad 100
|
Ad 100
|
H.
Dosis
Tiap 5 ml sirup mengandung
Paracetamol..............................
125mg
0-1
th : ½ Sendok Takar (2.5 ml) 3x sehari
1-2
th : 1 Sendok Takar (5 ml) 3x sehari
6-9
th : 2-3
Sendok Takar (10-15ml) 3x sehari
9-12
th : 3-4
Sendok Takar (15-20ml) 3x sehari
I. Perhitungan
1.
Parasetamol =
= 2,5 gram
2.
Sukrosa =
3.
Nipagin =
Aqua untuk nipagin =
0,1 x 20 = 2 gram (ml)
4.
Gliserin =
5.
Propilen Glikol =
6.
Aqua Ment Pip = 2 tetes
7.
Aquadest = 100 – ( 2,5 + 40 +
0,1 + 2 + 10 + 25 )
= 100 – 79,6
= 20,4 gram ~ 20 gram
( ml )
J.
Prosedur Kerja
K. Alasan
Penggunaan Bahan
1. Gliserin
Alasan
: Bahan tambahan multifungsional (dalam hal ini dimaksudkan sebagai sweetening
agent dan preservatif selain itu sebagai pemanis) diharapkan proses manufaktur
menjadi lebih efektif selain itu mengurangi kemungkinan inkompatibiitas dengan
bahan lain
2.
Sukrosa
Alasan
: Sukrosa
membentuk larutan tidak
berwarna yang stabil di
pH 4-8, konsentrasi
tinggi memberikan rasa manis
yang dapat menutupi
rasa pahit /
asin dari beberapa
senyawa obat, tidak dapat
meningkatkan viskositas, tapi
memberi tekstur yang
menyenangkan di mulut.
Pemakaian
sukrosa sering dikombinasikan dengan
sorbitol, gliserin, dan
poliol yang lain untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kristal gula dalam penyimpanan. Sediaan sirup itu banyak digunakan
untuk obat batuk.
Namun kekurangannya adalah,
pada obat yang
bergula yang digunakan dalam jangka waktu lama pada anak-anak bisa
merusak gigi. Hati-hati untuk penderita
diabetes, penggunaan fruktosa
atau hydrogen glucose
syrup, karena fruktosa
juga akan diubah menjadi glukosa
3.
Nipagin
Alasan
: penggunaan bahan pengawet secara
kombinasi adalah dalam rangka untuk
meningkatkan kemampuan
spektrum antimikroba, efek
yang sinergis memungkinkan
penggunaan pengawet dalam jumlah
kecil, sehingga kadar
toksisitasnya menurun pula,
dan mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi. Nipagin berfungsi sebagai pengawet
pada rentang PH 4-8. PH ini masuk dalam PH sediaan yang di dinginkan.
4.
Propilenglikol
Alasan : dipilih propilenglikol karena propilenglikol
dapat melarutkan parasetamol, dimana parassetamol agak sukar larut air.
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Evaluasi sediaan
syrup paracetamol
1. Uji
oranoleptis
a. Warna
:
putih kekuninan
b. Bau
:
khas mint
c. Rasa :
Agak manis
d. Bentuk
: Larutan
2. Uji
pH
Sediaan larutan diambil secukupnya,
masukkan dalam beaker glaas lalu ambil alat tes ph, tekan tombol on masukkan ke
dalam larutan dan ph menunjukkan 7,2.
3. Uji
BJ
Piknometer
kosong ditimbang, lalu di isi aquadest sampai leher piknometer,
kemudian tutup dan lap tumpahannya lalu di timbang lagi dan kosongkan piknometer
dan isi dengan larutan sampel dan timbang.
Berat piknometer kosong : 30,685
Berat piknometer + aquadest : 80,486
Berat piknometer + larutan sampel : 86,184
Berat jenis
=
=
= 1,114
4. Uji
viskositas
Viskometer
di isi denan larutan sampel (syrup) ,
masukkan viskometer ostwald dan usahakan
sampai terendam oleh syrup, tekan tombol on dan hasil uji viskositas
menunjukkan 10 mpas.
B. Pembahasan
Praktikum kali ini, dilakukan
pembuatan sediaan larutan. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan
kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain.
Sedangkan eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau
sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau pemanis lain,
zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, dan digunakan sebagai obat dalam.
(Moh. Anief, 2008).
Zat aktif
yang digunakan dalam praktikum pembuatan larutan adalah Acetaminophenum dan
bahan tambahan yang digunakan adalah glycerol, propilenglycol, Nipagin, Sukrosa, Aqua Menthae pio dan aquadestilata.
Parasetamol yang akan dibuat sediaan sirup untuk anak-anak yaitu sirup
parasetamol non alkoholik. Masalah yang dihadapi dalam pembuatan larutan adalah
kelarutan parasetamol terhadap cairan
pembawanya karena sediaan parasetamol non-alkoholik jadi pelarut atau cairan
pembawa pengganti alkohol dapat menggunakan
propilen glikol dan gliserin
walaupun memiliki kelarutan yang lebih rendah dibandingkan alkohol. Parasetamol
yang memiliki struktur seperti di atas memiliki kelarutan dalam air (1:70),
propilen glikol (1:9) dan gliserin (1:40). Pada saat parasetamol dilarutkan dalam propilen glikol
dan gliserin, parasetamol dapat larut dengan sempurna. Namun ketika suhunnnya
kembali dingin, terjadi pengkristalan dengan ukuran partikel yang lebih besar
karena ada penggabungan antara partikel
gula yang berasal dari gliserin dan propilen glikol dimana partikel kecil
menempel pada partikel yang lebih besar. Karena rasa parasetamol yang pahit,
maka ditambah bahan tambahan pemanis yaitu gliserin dan sukrosa.
Sediaan akhir yang sesuai dengan persyaratan menginginkan bahwa tidak ada
pertumbuhan bakteri sampai waktu kadaluarsanya, sehingga penggunaan pengawet sangat diperlukan. Pada praktikum
ini pengawet yang kita gunakan adalah nipagin.
Evaluasi sediaan sirup yang
mencakup evaluasi organoleptik (warna, rasa, bau), pH, berat jenis, dan viskositas. Hasil pengamatan organoleptik diperoleh
warna putih agak kekuningan, uji pH diperoleh yaitu 7.2 hasil pH ini melampaui
rentang Parasetamol dalam sediaan menurut AHFS drug Information 2008 yaitu
4 – 7, uji berat jenis diperoleh berat jenis sebesar 1.114 dan untuk uji
viskositas diperoleh 10 mpas.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Larutan adalah
bentuk sediaan cair yang terdiri dari satu atau lebih zat kimia terlarut dan
zat pelarut dalam suatu larutan. Perbedaan
potio dan larutan (solutio) adalah potio merupakan sediaan cair untuk konsumsi
obat secara oral, sedangkan larutan (solutio) merupakan sediaan cair yang bisa
digunakan secara oral, topikan, parenteral dan sebagainya.
Sediaan
paracetamol sirup yang dibuat memiliki kecenderungan bersifat mendekati netral
pada uji pH diperoleh pH 7,2. Namun hal ini dikhawatirkan Paracetamol berubah
bentuk menjadi garam dalam asam lambung sehingga sediaan yang diperoleh menjadi
kurang baik untuk sediaan sirup Parasetamol.
B.
Saran
Sebagai tenaga kefarmasiaan kita harus mempelajari dan
memahami tentang sediaan solutio. Karena sangat bermanfaat dalam dunia farmasi
yang akan kita geluti dan juga lebih teliti dalam pemilihan bahan obat. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Meskipun masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini kami mohon saran dan kritiknya.
DAFTAR PUSTAKA
BNFC org.
2009. British National Formulary for Children. London : BMJ Publishing
Group
Ltd
American
Society for Hospital-System Pharmacist. 2008. AHFS Drug Information
Handbook. ASHP Inc. USA : Bethesda MD
A.L.Suryan,V.
K. Bhusari, K. S. Rasal, and S. R. Dhaneshwar, “Simultaneous quantitation and validation of paracetamol,
phenylpropanolamine hydrochloride and cetirizine hydrochloride by RP-HPLC in
bulk drug and formulation,” International
Journal of Pharmaceutical Sciences and
Drug Research : vol. 3, pp. 303–308, 2011.
Anief. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press p. 25.
Ansel, Howard. C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi
Keempat (Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, 4 th Edition).
Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, dkk. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Katzung, B. G. 1994. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC
Margareth, R.C., Marques, Cole, E., Kruep, D., Gray,
V., Murachanian,D., Brown, W.E., dan Giancaspro. 2009. Liquid-filled Gelatin Capsules. Pharmacopeial Forum .July– Aug.
2009 :1032-1033.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu
resep. Jakarta: EGC Press
LAMPIRAN
Gambar 1. Penimbangan Gambar 2. Penimbangan Gambar 3. Penimbangan
Parasetamol Nipagin Propilenglikol
Gambar 4. Peneimbangan Gambar 5. Penimbangan
Gambar 6. Pelarutan PCT
sukrosa 20 gram pertama (2x) Gliserin dengan
bahan tambahan
Gambar 7. Uji pH Gambar 8. Uji BJ (Bobot
Gambar 9. Uji BJ
Piknometer berisi air) (Bobot Piknometer
kosong)
Gambar 10. Uji BJ Gambar
11. Uji Viskositas Gambar 12. Hasil
Uji
Viskoritas
Gambar 13. Design Product
No comments:
Post a Comment