ANTIHIPERTENSI
A.
Pengertian
Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan pada
masa tekanan darah lebih tinggi dari normal, jadi melebihi nilai rata-rata yang
dimuat dalam tabel diatas. Hipertensi sebetulnya bukanlah suatu penyakit,
melainkan merupakan hanya suatu kelainan, suatu gejala dari gangguan pada
mekanisme regulasi TD yang diturunkan di atas.
Sebab-sebab hipertensi diketahui hanya dalam sejumlah hal
yang kecil sekali, lebih kurang 5%,antara lain akibat penyakit ginjal,
penciutan aorta atau karena tumor di anak ginjal dengan efek overproduksi
hormon-hormon tertentu yang berkhasiat meningkatkan tensi (feochromocytoma).
Dalam kebanyakan hal sebab-sebabnya tidak diketahui dan bentuk umum ini disebut
hipertensi esenstil. Pendapat populer ketegangan-ketegangan dan tekanan-tekanan
jiwa yang terus menerus dapat mengakibatkan hipertensi, hingga kini belum dapat
dibuktikan,juga tidak pada binatang-binatang percobaan. Hanya diketahui bahwa
faktor keturunan memegang peranan yang penting.
Risiko-risiko hipertensi adalah besar sekali, yakni
kerusakan-kerusakan pada jantung (yang harus bekerja lebih keras) dan
pembuluh-pembuluh yang lebih mengeras guna menahan TD yang dipertinggi. Risiko
terpenting adalah infrak otak (beroerte, apoplexia, dengan kelumpuhan separo
badan) karena pecahnya suatu pembuluh otak dan mungkin juga infrak jantung.
Begitu pula kerusakan-kerusakan pada ginjal dan selaput jala mata (retina)
akibat penciutan pembuluh-pembuluh mata. Komplikasi-komplikasi ini sering
bersifat fatal, di negara-negara Barat lebih dari 30% dari seluruh kematian
disebabkan oleh hipertensi.
Beberapa
studi besar-besaran,antara lain di Australia (1979) telah menunjukkan bahwa
pengobatan efektif sangat memperbaiki prognose, dan kematian akibat
penyakit-penyakit jantung dan otak tersebut di atas menurun dengan nyata, meskipun
untuk infrak jantung penurunan hanya terjadi pada pasien-pasien di bawah usia
50 tahun.
Kini sudah menjadi semakin
jelas,bahwa juga hipertensi yang hanya ringan, seperti halnya dengan hipertensi
borderline dengan TD antara 140/90 dan 160/95 mm Hg, sudah cukup serius untuk
diambil tindakan guna menormalisirnya.
Tekanan
darah ditentukan oleh 2 faktor, yaitu :
a.
Curah jantung
Ialah hasil kali denyut
jantung dan isi sekuncup jantung. Besarnya isi sekuncup jantung ditentukan oleh
kekuatan kontrksi otot jantung dan volume darah yang kembali ke jantung.
b.
Resistensi perifer
Adalah gabungan tekanan
otot polos arteri dan viskositas darah. Resistensi disebabkan oleh berkurangnya
elastisitas dinding pembuluh darah akibat adanya arteriosclerosis yang terjadi
karena meningkatnya usia atau karena pengendapan.
Ada
dua macam tekanan darah, yaitu :
a.
Tekanan darah sistolik
Adalah tekanan darah
yang terjadi pada saat jantung berkontraksi. Tekanan ini selalu lebih besar
dari tekanan distolik.
b.
Tekanan darah diatolik
Adalah tekanan darah
yang terjadi pada saat jantung berelaksasi (mengembang)
Tekanan darah dinyatakan dengan
satuan mm Hg, misalnya 150 / 80 mm Hg, artinya tekanan darah sistolik 150 dan
tekanan darah diastolik 80 mm Hg.
Tabel tekanan darah
menurut WHO :
Jenis tekanan darah
|
Sistolik
|
Diastolik
|
Normotensi
|
<140
|
<90
|
Borderline
|
140-160
|
90-95
|
Hipertensi
|
>160
|
>95
|
Dikatakan hipertensi
bila ada peningkatan tekanan (lebih besar dari normal) darah sistolik atau
diastolik yang kronis.
Na+ berkurang
|
Volume darah turun
|
TD turun
|
stimulasi
|
RENIN
dibebaskan
|
TD naik
|
vasokonstriksi
|
Volume darah naik
|
Ekskresi K+
|
K+ bertambah
|
ALDOSTERON
|
ANGIONTENSIN
I –(ACE)à II
|
Retensi Na+
|
Tubuh
memiliki suatu sistim untuk mengatur tingginya tensi, yakni sistim
renin-angiotensin-aldosteron (RAAS). Sel-sel tertentu dari ginjal dapat
membentuk hormon renin, yang dilepaskannya bilamana tekanan darah di glomeroli
menurun. Hal ini terjadi bila jumlah darah yang mengalir melalui ginjal
berkurang, misalnya karena menurunnya volume darah atau karena penyempitan
setempat dari arteri ginjal. Dalam plasma renin bergabung dengan zat protein
tertentu menjadi angiotensin I, yang oleh enzim ACE (Angiotensin Converting
Enzyme) diubah menjadi zat aktif angiotensin II. Zat ini antara lain berdaya
vasokonstriktif kuat secara kuat secara langsung dan tak-langsung, dan
menstimulir sekresi hormon aldosteron dengan sifat retensi garam dan air,
sehingga volume darah dan TD meningkat.
RAAS
ini dapat dipengaruhi dengan beberapa cara, yang merupakan dasar yang menarik
bagi kerjanya sejumlah obat hipertensi baru (dan lama), antara lain:
-
Menghambat enzim ACE: captopril dan
enalapril (MSD) yang disebut ACE-blockers
-
Menghambat reseptor-angiotensi II:
saralasin
-
Menghambat efek aldosteron dengan
antagonis-aldosteron spesifik : spironolakton dan kanrenoat
-
Mempengaruhi sekresi renin secara tak
langsung, misalnya pengurangan oleh beta-blockers dan peningkatan oleh diuretika
dan vasodilatansia langsung.
Di samping regulasi
hormonal tersebut masih terdapat beberapa faktor fisiologi yang dapat
mempengaruhi TD, yaitu :
-
Volume
pukulan jantung, yaitu jumlah darah yang pada setiap kontraksi dipompa
ke luar jantung. Semakin besar volume ini, semakin tinggi TD. Beberapa zat,
misalnya garam dapur (NaCl) dapat menahan air, sehingga voluma darah seluruhnya
meningkat. Tekanan atas dinding-dinding arteri meningkat pula dan jantung harus
memompa lebih keras untuk mendorong voluma darah yang bertamabah; hasilnya TD
akan naik.
-
Kekenyalan dinding-dinding arteri. Pembuluh-pembuluh
yang dindingnya sudah mengeras karena endapan-endapan kolesterol dan lemak
menyebabkan tekanan tekanan darah lebih tinggi daripada dinding-dinding yang
masih elastis.
-
Pelepasan neurohormon-neurohormon, antara
lain adrenalin dan nonadrenalin yang berkhasiat menciutkan pembuluh-pembuluh
perifer hingga TD naik. Terutama pada waktu emosi-emosi hebat seperti gelisah, takut,
dan sebagainya, atau selama olahraga bertenaga, sistim saraf adrenergik
terangsang dan melepaskan neurohormon-neurohormonya tersebut. Juga situasi-situasi
stress dan mengisap rokok menyebabkan peningkatan NA.
Tekanan
darah tinggi bukanlah penyakit, tapi hanya kelainan atau gejala yang disebabkan
oleh penyakit ginjal, penciutan aorta atau tumor pada anak ginjal (menyebabkan
produksi hormon berlebihan), yang mempunyai efek adanya gangguan pada sistem
regulasi tekanan darah. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut
hipertensi essensial.
Hipertensi
mngekibatkan resiko besar seperti kerusakan jantung (infrak jantung), pembuluh
darah (bila pembuluh darah otak pecah dapat menyebabkan infrak otak sehingga
badan menjadi lumpuh separuh), kerusakan ginjal, selaput mata dan komplikasi
lain. Faktor lain yang menyebabkan hipertensi :
a. Garam,
ion na+ bersifat retensi air sehingga memperbesar volume darah, juga memperkuat
noradrenalin, dengan demikian memperkuat vasokonstriksi.
b. Asam
glizirizat (yang terkandung dalam succus), dapat mempertinggi tekanan darah
pada orang tertentu.
c. Hormon
esterogen dalam pil KB bersifat menahan air dan garam, demikian juga hormon
androgen.
d. Stress
(ketegangan emosional) akibat pelepasan hormon adrenalin yang bersifat
vasokonstriktif
e. Kehamilan
Gejala-gejala
hipertensi yang khas tidak ada, ada kalanya pasien menderita nyeri kepala pagi
hari sebelumnya bangun dari pembaringan; nyeri ini akan lenyap setelah bangun. Gangguan
hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi dan adakalanya melalui
pemeriksaan.
B.
Macam-macam
hipertensi
Berdasarkan
etiologi, hipertensi dibagi dua yaitu :
a. Hipertensi
essensial atau hipertensi primer, disebut juga hipertensi isiopatik yaitu
hipertensi yang tidak jelas penyebabnya. Hipertensi ini merupakan 90% dari
kasus hipertensi. Faktor yang mempengaruhinya antara lain usia, jenis kelamin,
merokok, kolesterol, berat badan dan aktifitas renin plasma.
b. Hipertensi
sekunder, prevalensi hipertensi ini hanya 6-8%
dari seluruh penderita hipertensi. Disebabkan oleh penyakit, obat, dll.
Yang disebabkan oleh penyakit ginjal disebut penyakit hipertensi renal,
sedangkan yang disebabkan oleh penyakit endrokin disebut hipertensi endrokin.
Sedangkan obat-obat yang dapat menyebabkan hipertensi misalnya hormon
kontrasepsi, hormon kortikosteroid, dll.
Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan hipertensi yang kebanyakan hanya bersifat sementara
adalah antara lain :
·
Garam. Ion-ion natrium mempertinggi daya
tahan pembuluh-pembuluh perifer dengan
jalan memperbesar volume darah (retensi air) dan vasokontriksi melalui
potensiasi efek nonadrenalin
·
Drop,sejenis gula-gula yang dibuat dari
Succus liquiriteae mengandung asam glizirinat, yang dapat mempertinggi TD pada
orang-orang yang berbakat.
·
Pil anti hamil, karena mengandung hormon
kelamin estrogen yang dapat menahan garam dan air, terutama pada wanita-wanita
yang perlu. Mereka ini sebaiknya melakukan cara pembatasan kelahiran dengan
jalan lain. Begitu pula hormon-hormon kelamin pria (endrogen-androgen)
berkhasiat retensi garam dan air.
Setelah
penggunaan pil atau drop dihentikan, atau pemakaian garam sangat dikurangi, pada
umumnya TD menurun dan menjadi normal kembali.
Terkenal
adalah kenaikan TD yang kerap kali terjadi pada masa kehamilan. Mekanismenya
adalah serupa dengan ginjal, apabila uterus direnggangkan terlampau banyak dan
menerima terlalu sedikit darah,maka dilepaskannya zat-zat yang meningkatkan
tensi.
C. Gejala
Sebagian besar penderita, hipertensi
tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
1.
sakit kepala
2.
kelelahan
3.
mual
4.
muntah
5.
sesak napas
6.
gelisah, serta
7.
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan
ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
D.
Pencegahan
Hipertensi
Berhubung
gejala khas tidak ada, sedangkan hipertensi beresiko besar, maka perlu mengenal
lebih awal gangguan ini, yaitu dengan mengukur tekanan darah secara berkala (minimal
sekali dalam satu tahun ), terutama bagi yang berusia 45 tahun keatas.
Beberapa
tindakan umum yang perlu dilakukan oleh pasien meskipun hanya menderita
hipertensi ringan antara lain:
a. Bagi
yang obesitas : menurunkan berat badan, sebab dengan menurunkan berat badan,
volume darah juga akan berkurang. Penurunan berat badan 1kg akan menurunkan tensi darah lebih kurang 0,5
/ 0,7 mmHg.
b. Diet
garam : maksimum 2 gram per hari. Mengurangi konsumsi lemak termasuk daging,
sebaliknya memperbanyak konsumsi makanan nabati.
c. Tidak
merokok, mengurangi minum kopi dan alkohol, sebab nikotin mempunyai efek
vasokonstriksi dan karbindioksida dalam asap rokok mengganggu pernafasan.
Kafein dapat menstimulir kontraksi jantung. Demikian pila alkohol, karena tiap
10gram alkohol dapat meningkatkan 0,5 mmHg tekanan darah.
d. Istirahat
yang cukup, karena selama masa-masa itu tekanan darah menurun.
e. Olahraga
teratur, dapat merangsang saraf parasimpatis untuk lebih aktif sedangkan saraf
simpatis yang mempunyai efek vasokonstriksi mempunyai efek vasokonstriksi
kurang aktif.
E.
Pengobatan
Hipertensi
Tekanan
darah ditentukan oleh volume menit jantung dan daya tahan dinding arteriol,
yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
TD = VM x DTP
|
VM = volume menit
jantung
DTP = daya tahap
perifer
Dari rumus di atas,
tekanan darah dapat diturunkan dengan mengurangi VM atau DPT. Obat-obatan
hipertensi bekerja atas dasar prinsip tersebut.
Penurunan
VM dilakukan dengan blokade reseptor beta jantung dan dengan mengecilkan volume
darah oleh diuretika dan dengan jalan blokade reseptor ß jantung oleh
beta-blockers.
Penurunan
DTP diatur oleh faktor yang bekerja melalui susunan saraf sentral maupun
perifer. Sedangkan zat-zat vasodilatasi bekerja langsung terhadap perifer
diluar sistem adrenergik. Menurut zat khasiat farmakologinya, antihipertensi
dibagi atas:
a. Zat-zat
penekan SSP, misalnya reserpin
b. Zat-zat
penekan sistem adrenergik perifer, misalnya propanolol
c. Zat-zat
diuresis, lebih praktis bila diberikan dalam bentuk long acting atau dosis tunggal,
misalnya klortalidon
d. Zat-zat
vasodilatator, misalnya hidralazin
e. Zat-zat
antagonis kalsium, misalnya nifedipine
f. Zat-zat
ACE bloker dan Angiotensin II antagonis, misalnya losartan K dan captopril.
Prinsip
pengobatan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah, bila mungkin sampai pada
tekanan normal atau pada tekanan yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak dan
jantung. Ada dua macam cara pengobatan hipertensi, yaitu terapi farmakologi dan
terapi non farmakologi.
Terapi
non farmakologi, adalah terapi tanpa menggunakan obat-obatan, misalnya dengan
menurunkan berat badan, diet garam dan sebagainya.
Terapi farmakologi, ialah cara terapi dengan
menggunakan obat :
1. Susunan
saraf pusat: alfa-2-stimulansia seperti klonidin, metildopa, guaifenensin, (dan
reserpin)
Obat-obat ini
menstimulasi resptor-reseptor α2 yang terdapat berdekatan pusat vasomotor
sumsum-sambungan (medulla) yang mana melalui suatu mekanisme feedback negatif
mengurangi pelepasan NA, dengan akibat penurunan aktivitas saraf-saraf
adrenergik perifer dan turunnya tekanan darah. Metildopa baru aktif setelah
diubah secara enzimatis menjadi α-metilnoradrenalin.
2. Sistem
adrenergik perifer
a. Neuroblokers:
guanetidin, debrisoquin dan reserpin. Obat-obat ini menyebabkan berkurangnya
persediaan noradrenalin (NA) di ujung-ujung saraf adrenergik, dalam hl ini
dinding arteriole, sehingga terjadi kekurangan NA dengan efek vasodilatasi dan
turunnya TD. Selain itu guanetidin adalah ganglionblocker lemah.
b. Reseptorblockers:
alfa-blockers dan beta-blockers. Organ-organ ujung adrenergik memiliki
reseptor-reseptor-alfa dan beta, yang secara selektif dapat diblokir oleh
masing-masing alfa-blockers dan beta-blockers.
-
alfa-blockers: fentonalamin (α1+α2) dan
prazosin (α1). Pada umumnya α blockers jarang digunakan karena efek
hipotensifnya ringan dan efek-efek sampingnya agak kuat, misalnya hipotensi
ortostik, tachycardia dan flushing (muka menjadi merah dan panas). Fentolamin
merintangi reseptor-reseptor α1 dan α2 secara tak lengkap dan kerjanya terlalu
singkat, maka hanya digunakan untuk diagnosis dan pengobatan feochromocytoma. Khasiat utama prazosin
adalah memblokir secara spesifik reseptor-reseptor α1 di dinding-dinding
arteriole, selain itu berkhasiat vasodilatasi langsung terhadap dinding
tersebut. Tolazolin dan DH3 digunakan sebagai vasodilatator perifer.
-
β-blockers: propanolol, atenolol,
pindolol, dll. Mekanisme kerjanya belum diketahui dengan pasti, mungkin
terutama berdasarkan β1-blokade di jantung. Berkurangnya daya dan frekwensi
kontraksi jantung mengurangi voluma menit darah yang dipompa keluar jantung dan
tekanan darah menuun. Berkurangnya sekresi renin oleh ginjal (dengan 60%)
mungkin juga mempunyai peran penting, karena mengurangi produksi
vasokonstriktor angiotensin.
-
Alfa-dan-beta-bblocker: labetolol. Obat
ini memblokir reseptor-reseptor α1 yang antara lain menyebabkan vasodilatasi
perifer dan turunnya tekanan darah. Disamping ini juga memiliki khasiat
β-blocker yang agak lemah (lebih kurang 10%)
3. Diuretika
Obat-obat
ini mempertinggi pengeluaran garam dan air, hinggga volume darah menurun. Di
samping itu diperkirakan adanya khasiat langsung terhadap dinding pembuluh,
yakni dengan turunnya kadar Na+, maka dinding menjadi lebih kebal terhadap nonadrenalin
hingga daya tahannya berkurang. Efek hipotensifnya agak ringan dan tidak dapat
diperbesar dengan meningkatkan dosis, sebagaimana halnya juga reserpin.
Yang
terutama digunakan adalah zat-zat dengan daya kerja agak panjang berhubung
praktis penggunaannya sebagai single-dose, misalnya klortalidon dan politiazid,
seringkali bersamaan dengan diuretika yang menghemat kalium, antara lain
triamteren dan amilorida.
4. Vasodilatasi
langsung
Obat-obat
ini dapat mengembangkan dinding-dinding arteriole hingga daya tahan pembuluh
pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun. Mekanisme kerjanya ialah
langsung terhadap otot licin dinding pembuluh darah yang daya kontraksinya
dikurangi tanpa hubungan dengan ujung-ujung saraf (adrenergik). Yang paling
banyak digunakan adalah hidralazin serta indapamida, sedangkan nitroprussidnatrium
dan obat-obat baru diazoksida serta minoksidil hanya digunakan pada
keadaan-keadaan kemelut.
5. Antagonis-antagonis
kalsium: nifedipin dan verapamil
Obat-obat
ini menghambat pemasukan ion-ion kalsium kedalam sel otot polos pembuluh dengan
efek vasodilatasi dan turunnya daya tahan dinding arteriole. Pada nifedipin
terjadi refleks tachycardia dan meningkatnya renin plasma, yang bersifat
sementara. Pada verapamil daya tahan frekwensi pukulan jantung menurun,
sedangkan kadar renin tidak naik.
6. ACE-blockers:
captopril dan endalapril
Obat-obat
baru ini menurunkan tekanan darah tinggi dengan jalan menghambat angiotensin
converting enzime dan pembentukan angiotensin II, berdaya vasokonstriksi kuat.
DAFTAR
PUSTAKA
dr. Amir syrif, skm,-dra. Arini setiawati,phd,dkk.
2001. Farmakologi dan terapi ed.4.
Fakultas Kedokteran universitas indonesia: Jakarta.
drs. Tan hoan tjay-drs. Kirana rahardja, 1991. Obat-obat penting edisi 4. Jakarta.
Neal, M.J.
(2006). At a Glance Farmakologi Medis,
Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga
Departemen Kesehatan RI, 2009, Profil Kesehatan Indonesia 2008, Hasnawati, SKM, Mk. et al., eds., Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dinas Kesehatan, 2012, Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012, Dinas Kesehatan, Semarang.
Dipiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris