MAKALAH
SWAMEDIKASI
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
DISUSUN
OLEH :
1.
Brilian P
2. Headwiq Indriastina Lissundy
3. Nur Indah
4. Yosi Dwi
5. Silvia Tri Dewi
S 1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT LMU KESEHATAN BHAKTI
WIYATA
KEDIRI
2016 / 2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Sistem
muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan
tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang –tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sistem
muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru
terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang
kostae (iga).
Sistem muskuloskeletal pada
manusia adalah seluruh kerangka manusia dengan seluruh otot yang
menggerakkannya dengan tugas melindungi organ vital dan bertanggung jawab atas
lokomosi manusia. Lokomosi ialah pergerakan berbagai otot yang dapat
menggerakkan anggota badan dalam lingkup gerakan sendi tertentu. Jadi yang
dimaksud dengan sistem muskuloskeletal mencakup semua struktur tulang, sendi,
otot, dan struktur terkait seperti tendon, ligamen serta sistem saraf perifer.
Sistem muskuloskeleta terdiri
atas :
1. 206
tulang, yang merupakan penyokong gerakan tubuh dan melindungi organ internal.
2. Sendi
yang memungkinkan gerakan tubuh dua atau tiga dimensi.
3. Otot,
yang memmungkinkan gerakan tubuh dan internal.
4. Tendon
dan ligamen, yang menghubungkan tulang dengan otot.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem muskuloskeletal?
2. Apa yang dimaksud dengan gangguan muskuloskeletal?
3. Bagaiman penatalaksanaan gangguan muskuloskeletal?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui dan memamahami mengenai sistem
muskuloskeletal
2. Mengetahui dan memahami gangguan muskuloskeletal
3. Mengetahui cara penatalaksanaan gangguan
muskuloseletal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sistem
Muskuloskeletal
Sistem Muskuloskeletal
merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang yang
membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan
mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah
bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap dan posisi (Sloane, ethel. 2004)
Sistem muskuloskeletal
meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa. Struktur tulang dan
jaringan ikat menyusun kurang lebih 25 % berat badan. Struktur tulang
memberikan perlindungan terhadap organ – organ penting dalam tubuh seperti
jantung, paru, otak. Tulang berfungsi juga memberikan bentuk serta tempat
melekatnya otot sehingga tubuh kita dapat bergerak, disamping itu tulang
berfungsi sebagai penghasil sel darah merah dan sel darah putih ( tepatnya di
sumsum tulang ) dalam proses yang disebut hematopoesis. Tubuh kita tersusun
dari kurang lebih 206 macam tulang, dalam tubuh kita ada 4 katagori yaitu
tulang panjang, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang tidak beraturan (Roesyie,
2013).
2.2 Otot
A.
Definisi Otot
Otot(muscle) jaringan
tubuh yg berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respons
tubuh terhadap perubahan lingkungan Rangka (skeletal) bagian tubuh yg tdd tulang, sendi, dan tulang rawan
(kartilago) sbg tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan
sikap dan posisi (Sloane, ethel. 2004)
Otot merupakan
spesialis kontraksi tubuh Merupakan jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan
mengubah energi kimia menjadi energi mekanik atau gerak, sehingga dapat
berkontraksi untuk menggerakkan rangka. Merupakan alat gerak aktif yang dapat
berkontraksi Merupakan organ yang memungkinkan gerakan rumit baik secara sadar
atau secara tidak sadar , seperti kontraksi otot jantung atau gerakan
peristalsis pada kerongkongan.
Semua sel-sel otot mempunyai
kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada
tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang
kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah
permukaan kulit. (Sherwood, 2001)
B.
Fungsi sistem muskuler/otot:
a. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut
melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
b. Penopang tubuh dan mempertahankan
postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap
gaya gravitasi.
c.
Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis
menghasilkan panas untuk mepertahankan suhu tubuh normal.
C.
Ciri-ciri sistem
muskuler/otot:
a. Kontrakstilitas. Serabut otot
berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak melibatkan pemendekan otot.
b. Eksitabilitas. Serabut otot akan
merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf.
c.
Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk
menegang melebihi panjang otot saat rileks.
d. Elastisitas. Serabut otot dapat
kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau meregang.
D.
Jenis-jenis otot
1.
Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk
silindris dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di
bagian perifer.
Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
a.
Otot skelet disusun oleh
bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut berbentuk silinder yang
panjang, disebut myofiber /serabut otot.
b.
Setiap serabut otot
sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak nukleus ditepinya.
c.
Cytoplasma dari sel otot
disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-macam organella, kebanyakan
berbentuk silinder yang panjang disebut dengan myofibril.
d.
Myofibril disusun oleh
myofilament-myofilament yang berbeda-beda ukurannya :
- yang
kasar terdiri dari protein myosin
- yang halus terdiri dari protein aktin/actin.
2.
Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan
involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongga seperti
kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem
respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral. Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron
(melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil.
Struktur
Mikroskopis Otot Polos
a.
Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh
myofilamen-myofilamen.
Jenis otot polos
Ada dua kategori
otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk berkontraksi.
a.
Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh
darah besar, pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang
memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor pili
rambut.
b.
Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan
dinding organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu
berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau
miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari
aktivitas listrik spontan.
3.
Otot Jantung
a.
Merupakan otot lurik
b.
Disebut juga otot seran lintang involunter
c.
Otot ini hanya terdapat pada
jantung
d.
Bekerja terus-menerus setiap
saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap
kali berdenyut.
E.
Kerja Otot
a.
Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)
b.
Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
c.
Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
d.
Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
e.
Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor
(menyempitkan)
f.
Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)
F.
Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel,
yang terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang
dengan otot atau
G.
Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan
jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus
tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
a.
Ligamen Tipis
Ligamen pembungkus tulang dan
kartilago. Merupakan ligament kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini
memungkinkan terjadinya pergerakan
b.
Ligamen jaringan elastik kuning.
Merupakan ligamen yang dipererat
oleh jaringan yang membungkus dan memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu
dengan tulang lengan atas.
2.2 Skeletal (Sherwood, 2001)
A.
Tulang/ Rangka
Skeletal
disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang. Tubuh kita
memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian terpenting adalah tulang
belakang.
B.
Fungsi Sistem Skeletal :
1.
Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
2.
Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga
tubuh dan otot-otot yang.
3.
Melekat pada tulang
4.
Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang
merupakan salah satu jaringan pembentuk darah.
5.
Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti
calcium daridalam darah misalnya.
6.
Hemopoesis
C.
Struktur Tulang
1.
Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara
material tidak hidup (matriks).
2.
Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk
tulang).
3.
Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam
mineral.
4.
Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas
baru akan dibentuk.
5.
Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah
menjadi osteosit (sel tulang dewasa).
6.
tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas
(sel perusakan tulang).
D. Jaringan tulang terdiri atas :
a.
Kompak (sistem harvesian Ã
matrik dan lacuna, lamella
intersisialis)
b.
Spongiosa (trabecula yang mengandung sumsum tulang dan
pembuluh darah).
E. Klasifikasi Tulang berdasarkan penyusunnya
1. Tulang Kompak
a. Padat, halus dan homogen
b. Pada bagian tengah terdapat medullary cavity yang mengandung
’yellow bone marrow”.
c. Tersusun atas unit : Osteon à Haversian System
d. Pada pusat osteon mengandung saluran (Haversian Kanal)
tempat pembuluh darah dan saraf yang
dikelilingi oleh lapisan konsentrik (lamellae).
e. Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi
oleh membran tipis yang disebut periosteur, membran ini mengandung:
§
Bagian luar
percabangan pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang
§
Osteoblas
2. Tulang Spongiosa
a. Tersusun atas ”honeycomb” network yang
disebut trabekula.
b. Struktur tersebut menyebabkan
tulang dapat menahan tekanan.
c. Rongga antara trebakula terisi ”red bone
marrow” yang mengandung pembuluh darah yang memberi nutrisi pada tulang.
d. Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang
belakang, tengkorak dan pada ujung tulang lengan dan paha.
F. Pembagian Sistem Skeletal
1. Axial / rangka aksial, terdiri dari :
a.
Tengkorak kepala / cranium dan tulang-tulang muka
b.
Columna vertebralis / batang tulang belakang
c.
Costae / tulang-tulang rusuk
d.
Sternum / tulang dada
2. Appendicular / rangka tambahan,
terdiri dari :
a.
Tulang extremitas superior
1)
korset pectoralis, terdiri dari scapula (tulang
berbentuk segitiga) dan clavicula (tulang berbentuk lengkung).
2)
lengan atas, mulai dari bahu sampai ke siku.
3)
lengan bawah, mulai dari siku sampai pergelangan
tangan. tangan
b.
Tulang extremitas inferior: korset pelvis, paha,
tungkai bawah, kaki.
2.3 Sendi
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian rupa, sehingga
dimaksudkan untuk memudahkan terjadinya gerakan.
1.
Synarthrosis (suture)
Hubungan antara dua tulang yang
tidak dapat digerakkan, strukturnya terdiri atas fibrosa. Contoh: Hubungan antara tulang di
tengkorak.
2.
Amphiarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang
sedikit dapat digerakkan, strukturnya adalah kartilago. Contoh: Tulang belakang
3.
Diarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang
memungkinkan pergerakan, yang terdiri dari struktur sinovial. Contoh: sendi
peluru (tangan dengan bahu), sendi engsel (siku), sendi putar (kepala dan
leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari).
2.4 Pengertian Gangguan
Muskuloskeletal
Keluhan
pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan pada bagian-bagian dari otot rangka
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang
lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi , ligamen atau
tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan
keluhan muskuloskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokan menjadi
dua, yaitu :
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan
otot yang terjadi pada saat otot meneritoma beban statis, namun demikian
keluhan tersebuta akan segera hilang apabila pemberian beban dihentikan
2. Keluhan tetap (persistent), yaitu keluhan
otot yang bersifat menetap. Walaupun pemberian beban kerja telah dihentikan ,
namun rasa sakit pada otot tersebut terus berlanjut.
Gangguan muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mengganggu fungsi sendi,
ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang. Sistem
muskuloskeletal Anda melibatkan struktur yang mendukung anggota
badan, leher dan punggung.
Gangguan muskuloskeletal seringnya merupakan penyakit degeneratif, penyakit
yang menyebabkan jaringan tubuh Anda rusak secara lambat laun. Hal
ini dapat mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan Anda untuk
bergerak, yang dapat mencegah Anda dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Gangguan muskuloskeletal dapat mempengaruhi setiap area
dalam tubuh. Bagian utama termasuk leher, bahu, pergelangan tangan,
punggung, pinggul, lutut, dan kaki. Beberapa gangguan umum
termasuk:
- nyeri pada punggung bagian bawah
- fibromyalgia
- encok
- osteoarthritis
- radang sendi
- tendinitis
2.5 Faktor
Penyebab Keluhan Pada Gangguan Muskuloskeletal (Doenges,
1999)
Faktor Penyebab Keluhan Pada Sistem
Muskuloskeletal menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal yakni,:
1.
Peregangan
Otot yang Berlebihan. Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan
oleh pekerja yang aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar
seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat.
Hal ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan
optimum otot dan bila sering dilakukan maka dapat mempertinggi resiko
terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot
skeletal.
2.
Aktivitas
berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan
mancangkul, membelah kayu besar, angkat-angkat dan sebagainya. Keluhan otot
terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus
tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3.
Sikap
Kerja Tidak Alamiah. Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang
menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,
misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala
terangkat dan sebagainya. Umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat
kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja
4.
Faktor Penyebab
Sekunder
a.
Tekanan:
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada
saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan
menerima tekanan langsung dari pegangan alat dan apabila hal ini sering terjadi
dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
b.
Getaran:
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah.
Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam
laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma’mur, 1995).
c.
Mikroklimat:
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan
kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang
disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara
yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar
menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh
untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi
dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai oksigen
kerja otot. Akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen kerja otot
menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam
laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.
d.
Penyebab
Kombinasi
Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin
meningkat apabila melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa faktor
resiko dalam waktu yang bersamaan misalnya pekerja harus melakukan aktivitas
angkat angkut dibawah tekanan panas sinar matahari seperti yang dilakukan para
pekerja bangunan.
Faktor
terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal diatas, beberapa ahli menjelaskan
bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas
fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi penyebab terjadinya
keluhan otot skeletal.
1.
Umur.
pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu
25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat
keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi
karena pada umur setengah baya, kekuatan san ketahanan otot mulai menurun
sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat.
2.
Jenis
Kelamin. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang
lebih rendah dari pada pria. Astrand & Rodahl (1996) menjelaskan bahwa
kekuatan otot wanita hanya sekitar dua per tiga dari kekuatan otot pria,
sehingga daya otot pria pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.
3.
Kebiasaan
Merokok. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan otot
sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama
dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot
yang dirasakan. Hal ini terkait erat dengan kesegaran tubuh seseorang.
Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan
untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya, tingkat kesegaran
tubuh juga menurun. Apabila yang bersangkutan harus melakukan tugas yang
menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandunagn oksigen
dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam
laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
4.
Kesegaran
Jasmani. Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan dalam seseorang yang
aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat. Sebaliknya, bagi
yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga
yang besar, disisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat,
hampir dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot.
5.
Kekuatan
fisik. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan,
namun penelitian lainnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kekuatan
fisik dengan keluhan otot skeletal. Terlepas dari perbedaan kedua hasil
penelitian tersebut diatas, secara fisiologis ada yang dilahirkan dengan
struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang
lainnya. Dalam kondisi kekuatan yang berbeda, apabila harus melakukan pekerjaan
yang memerlukan pengerahan otot, jelas yang mempunyai kekuatan rendah akan
lebih rentan terhadap resiko cedera otot. Namun untuk pekerjaan- pekerjaan yang
tidak memerlukan pengerahan tenaga, maka faktor kekuatan fisik kurang relevan
terhadap resiko keluhan sistem muskuloskeletal.
6.
Ukuran
Tubuh (antropometri). Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi
badan dan masa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan
sistem muskuloskeletal. Apabila dicermati, keluhan sistem
muskuloskeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi
keseimbangan struktur rangka didalam menerima beban, baik beban berat tubuh
maupun beban tambahan lainnya. Sebagai contoh, tubuh yang tinggi pada umumnya
mempunyai bentuk tulang yang langsing sehingga secara biomekanik rentan
terhadap beban tekan dan rentan terhadap tekukan, oleh karena itu mempunyai
resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal.
2.6 Gejala
Gangguan muskuloskeletal juga menyebabkan peradangan
di banyak bagian tubuh yang berbeda. Orang dengan gangguan
muskuloskeletal mungkin merasa sakit di seluruh tubuh mereka. Otot-otot
mungkin terasa panas atau berkedut seolah-olah mereka seperti
ditarik. Gejala akan bervariasi pada setiap orang, tetapi tanda-tanda dan
gejala umum termasuk:
a.
Nyeri/ngilu
b. Kelelahan
c. Gangguan tidur
d. Peradangan, pembengkakan, kemerahan
e. Penurunan rentang gerak
f. Hilangnya fungsi
g. Kesemutan
h. Mati rasa atau kekakuan
i. Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman menurun
2.7 Macam – macam gangguan muskuloskeletal
Musculoskeletal disorders dapat terjadi pada low
back region, intervertebral discs, neck, elbow, maupun shoulder (Tambayong, Jan. 200) :
1.
Low-back region
Penyakit yang sering terjadi pada
low-back region yaitu low-back pain.
Gejala low-back pain berupa sakit pinggang atau nyeri punggung.
Faktor
risiko di tempat kerja:
a.
Beban
kerja fisik yang berat, seperti terlalu sering mengangkat atau mengangkut,
menarik, dan mendorong benda berat.
b.
Posisi
tubuh yang terlalu lama membungkuk ataupun posisi tubuh lainnya yang tidak
wajar,
c.
Terlalu
lama mengendarai kendaraan bermotor.
d.
Faktor
psikososial di tempat kerja, seperti pekerjaan yang monoton, bekerja di bawah
tekanan, atau kurangnya dukungan sosial antar pekerja dan atasan.
2. Intervertebral Discs
Penyakit yang sering terjadi diantaranya:
a.
Skoliosis: adalah keadaan melengkungnya tulang belakang seperti
huruf ’S’, dimana intervertebral discs dan tulang vertebra retak.
b.
Spondylolisthesis: terjadinya pergeseran tulang vertebra ke depan sehingga
posisi antara vertebra yang satu dengan yang lain tidak sejajar. Diakibatkan
oleh patah pada penghubung tulang di bagian belakang vertebra.
c.
Ruptur: karena pecahnya anulus posterior akibat aktifitas
fisik yang berlebihan.
d.
Spinal
stenosis: adalah
penyempitan pada sumsum tulang belakang yang menyebabkan tekanan pada serabut
saraf spinal.
Faktor
risiko:
a.
Beban/tekanan:
posisi saat duduk dapat menekan tulang belakang 5 kali
lebih besar daripada saat berbaring.
b.
Merokok
c.
Terpapar
dengan vibrasi/getaran pada level tinggi, yaitu 5 – 10 Hz (biasanya dihasilkan
dari kendaraan).
3. Neck
Penyakit yang sering muncul diantaranya:
a.
Tension
neck: terjadi karena
pemusatan tekanan leher pada otot trapezeus
b.
Acute
torticollis: adalah salah satu
bentuk dari nyeri akut dan kaku leher
c.
Acute
disorder: terjadi karena
hilangnya resistensi vertebra torakalis terhadap tekanan ringan
d.
Choronic
disorder: karena adanya
penyempitan diskus vertebralis
e.
Traumatic
disorder: dapat disebabkan
karena kecelakaan
Faktor
risiko di tempat kerja:
a.
Sering
terjadi pada pekerja VDU (Visual Display Unit), penjahit, tukang perbaikan alat
elektronik, dokter gigi, pekerja di pertambangan batu bara
b.
Pekerjaan
entri data, mengetik, menggergaji (manufaktur), pemasangan lampu, rolling film
c.
Pekerjaan-pekerjaan
di atas menyebabkan leher berada pada satu posisi yang sama dalam waktu yang
lam sehingga otot leher megalami kelelahan.
d.
Pekerjaan
dengan gerakan berulang pada tangan.
e.
Terpajan
oleh vibrasi: penggunaan mesin bor atau mesin lainnya yang mengeluarkan
vibrasi.
f.
Pengorganisasian
kerja: durasi pekrjaan yang lama (over time), waktu istirahat (jeda) yang
singkat.
g.
Faktor
psikologi dan sosial: stres, kurangnya kontrol terhadap organisasi kerja,
kurangnya relasi antara managemen dan sesama pekerja, pekerjaan yang menuntut
keakuratan dan kecepatan kerja.
4. Elbow
Penyakit yang sering terjadi:
a.
Epicondylitis: adalah kondisi yang sangat menyakitkan dimana otot yang
menggerakkan tangan dan jari bertemu dengan tulang.
b.
Olecranon
Bursitis: merupakan
perdangan yang terjadi di olecranon bursa (kantong cairan dibagian dorsal
siku), karena trauma berulang kali dan infeksi.
c.
Osteoarthrosis: kerusakan kartilago di siku, jarang terjadi pada orang
usia 60 tahun kebawah.
Faktor
risiko:
a.
Pekerjaan
yang menggunakan pergelangan tangan dan jari secara berulang dan penuh tenaga
(hand-intensive tasks).
b.
Penggunaan
peralatan tangan atau pekerjaan manual yang berat secara intensif, misalnya di
pertambangan dan konstruksi
c.
Vibrasi
d.
Trauma
5. Shoulder
Penyakit yang sering terjadi di tempat kerja:
a.
Rotator
cuff disorder and biceps tendinitis: dimana terjadi peradangan pada tendon dan membran sinovial
b.
Shoulder
joint and acromioclavicular joint osteoarthritis: adalah penurunan komponen kartilago dan tulang pada
penghubung dan intevertebral discs.
Faktor
risiko:
a.
Pekerjaan
yang sering mengangkat/menaikkan tangan dengan durasi yang panjang, misalnya
pada industri otomotif.
b.
Menggerakkan
pergelangan tangan dan jari secara berulang dan sepenuh tenaga, misalnya pada
penjahit.
c.
Mengangkat
benda berat dan menggunakan peralatan yang berat disertai vibrasi pada lengan,
misalnya pada pekerja kontruksi.
d.
Melakukan
gerakan flexi dan abduksi secara berulang, misalnya pada pelukis, tukang kayu,
dan atlet.
Penyakit Lain yang Berhubungan dengan Musculoskeletal:
1.
Primary
Fibomyalgia: penyebab penyakit
ini tidak diketahui. Ditandai dengan rasa lelah yang menyerang pada pagi hari,
dengan gejala: lemas, kaku, dan bengkak pada jari.
2.
Rheumatoid Athritis:
Penyakit rematik yang juga bisa menyerang tulang dan persendian. Kebanyakan
terjadi pada wanita umur 30-50 tahun. Penyebabnya tidak diketahui. Dengan gejala: bengkak pada sendi-sendi jari,
kelemahan pada kaki, dan demam rendah.
3.
Gout
atau asam urat: terjadi
karena adanya gangguan metabolisme sehingga menyebabkan peradangan pada sendi,
terutama terjadi pada laki-laki.
4.
Osteoporosis: penyakit kelainan pada tulang yang ditandai dengan
menurunnya massa tulang, kerusakan tubuh atau arsitektur tulang sehingga tulang
mudah patah.. Terjadi karena
kurangnya intake kalsium, kebiasaan merokok, konsumsi kopi, dan barat badan
dibawah rata-rata.
5.
Kanker
tulang: sering menyerang
anak kecil dan remaja, penyebabnya tidak diketahui.
6.
Osteomyelitis: infeksi tulang karena bakteri, jamur atau virus. Risiko meningkat pada penderita diabetes.
7.
Rakhitis merupakan
penyakit tulang yang disebabkan kekurangan vitamin D. Vitamin D berperan dalam
proses penimbunan senyawa kapur di tulang. Kekurangan vitamin D akan
menyebabkan tulang menjadi tidak keras. Pada penderita rakhitis terlihat bagian
kaki (tulang tibia dan fibula) melengkung menyerupai huruf X atau 0
8.
Mikrosefalus merupakan
gangguan pertumbuhan tulang tengkorak sehingga kepala berukuran kercil. Kepala
berukuran kecil karena pertumbuhan tulang tengkorak pada masa bayi kekurangan
kalsium.
Strategi pencegahan
a.
Membuat
daftar faktor-faktor risiko di tempat kerja yang mungkin dapat menyebabkan
penyakit pada muskuloskeletal, sehingga dapat dilakukan eliminasi atau
minimalisasi terhadap faktor ”exposure”.
b.
Setiap
pekerjaan harus diselidiki fakor risikonya apabila terdapat pekerja yang rentan
atau mengalami masalah pada anggota tubuhnya.
c.
Setiap
pekerjaan juga harus diselidiki apabila terdapat perubahan pada standar kerja,
prosedur, atau peralatan sehingga faktor risiko dapat diminimalisasi.
d.
Design
kerja yang baik (layout tempat kerja, frekuensi dan durasi kerja).
e.
Misalnya
pada pekerja VDU (Visual Display Unit), harus lebih diperhatikan pencahayaan
dan kontrasnya, jarak antara mata dengan monitor sekitar 45 – 50 cm, dan sudut
pandang sekitar 10° - 20°.
f.
Melakukan
intervensi dini dan menjalankan ”safety rules”.
g.
Memberikan
edukasi dan pelatihan-pelatihan kepada pekerja agar mereka dapat bekerja secara
tepat dan aman.
h.
Memberikan
variasi pekerjaan agar tidak monoton.
i.
Mengurangi
intensitas kerja.
j.
Organisasi
kerja yang baik, misalnya jeda atau istitahat yang sering untuk menghindari
kelelahan. Contohnya pada pekerja VDU, istirahat selama 10 menit setiap jam,
dan membatasi kerja maksimal 4 jam per hari.
k.
Posisi
kerja yang ergonomis.
2.8 Langkah
Mengatasi Keluhan Sistem Muskuloskeletal
A. Langkah preventif
Langkah pencegahan dimaksudkan untuk mengeleminir overexertion dan
mencegah adanya sikap kerja tidak alamiah.
1.
Rekayasa
Teknik
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan
melalui pemilihan beberapa alternative sebagai berikut:
a.
Eliminasi,
yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa
dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk
menggunakan peralatan yang ada.
b.
Subsitusi,
yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan yang aman,
menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.
c.
Partisi,
yaitu melalukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja, sebagai contoh;
memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang kerja lainnya, pemasangan
alat peredam getaran.
d.
Ventilasi,
yaitu denga nmenambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit, misalnya akibat
suhu udara yang terlalu panas.
2.
Rekayasa
Manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui
tindakan-tindakn sebagai berikut :
a.
Pendidikan
dan pelatihan. Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami
lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapa tmelakukan penyesuaian dan
inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap resiko sakit akibat
kerja.
b.
Pengaturan
waktu kerja dan istirahat yang seimbang Pengaturan waktu kerja dan
istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja
dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan
terhadap sumber bahaya.
c.
Pengawasan
yang Intensif. Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan
secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.
Sebagai gambaran, berikut ini diberikan contoh tindakan mencegah atau
mengatasi terjadinya keluhan otot skeletal pada berbagian kondisi atau
aktivitas seperti yang dijabarkan berikut: 1. Aktivitas angkat-angkut
material secara manual
a.
Usahakan
meminimalkan aktivitas angkat-angkut secara manual
b.
Upayakan
agar lantai kerja tidak licin
c.
Upayakan
menggunakan alat bantu kerja yang memadai seperti crane, kereta dorong, dan
pengungkit
d.
Gunakan
alas apabila harus mengangkat di atas kepala atau bahu
e.
Upayakan
agar beban angkat tidakmelebihi kapasitas angkat pekerja
2. Berat bahan dan alat
a.
Upayakan
untuk menggunakan bahan dan alat yang ringan
b.
Upayakan
menggunakan alat angkut dengan kapasitas < 50 kg
3. Alat tangan
a.
Upayakan
agar ukuran pegangan tangan sesuai dengan lingkar genggam pekerja dan
karakteristik pekerjaan
b.
Pasang lapisan peredam getaran pada pegangan
tangan
c.
Upayakan
pemeliharaan yang rutin sehingga alat selalu dalam kondisi layak pakai
d.
Berikan
pelatihan sehingga pekerja terampil dalam mengoperasikan alat
4. Melakukan pekerjaan pada ketinggian
a.
Gunakan
alat bantu kerja yang memadai seperti; tangga kerjadan lift
b.
Upayakan
untuk mencegah terjadinya sikap kerja tidak alamiah dengan menyediakan
alat-alat yang dapat disetel atau disesuaikan dengan ukuran tubuh pekerja.
B. Terapi
Swamedikasi Farmakologi Gangguan Muskulokeletal (Kemalasari, dkk. 2008)
Tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan dari
rasa sakit, ada berbagai pengobatan untuk gangguan muskuloskeletal
a. Vitamin D
Fungsi : pengatur kalsium dan fosfat plasma serta
mempertahankan fungsi neuromuscular.
Jika defisiensi dapat
terjadi gangguan pertumbuhan tulang : penyakit Rakhitis ( pada anak /
bayi ) dan osteomalasia ( pada dewasa ).
Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang memacu
absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi mineralisasi
tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin
D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan
ketempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan
mineralisasi,terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.
b. Mineral
Tubuh membutuhkan 13 unsur penyusun dan pendukung
metabolisme berupa : 7 dalam jumlah banyak dan 6 “trace elements” ( Fe,
Cu, Mn, I, Co, Zn ), Ca (kalsium) dan
P (fosfor) merupakan mineral terbanyak pada tulang
c. Obat-obatan seperti obat anti-inflamasi (NSAID)
dapat digunakan untuk mengobati peradangan dan nyeri.
Melalui oral contohnya : Ibuprofen (Proris,
Dolofen), Paracetamol (Sanmol, Panadol) , Natrium diklofenak (Voltaren,
Voltadex)
Gunakan
krim khusus untuk otot yang mengandung methyl salicylat & menthol, atau
mengandung dikofenak dengan cara digosokkan pada bagian yang nyeri sehingga
dengan rasa hangat yang ditimbulkannya, otot yang kram / kejang menjadi lebih
rileks.
Contoh merk dagang : Voltaren Cream, Counterpain
Cream dan Patch, Hot Cream
Untuk sakit yang lebih
parah, Anda mungkin perlu penghilang rasa sakit yang lebih kuat yang akan
memerlukan resep dari dokter Anda. Untuk nyeri yang berhubungan dengan
pekerjaan, terapi fisik dapat membantu Anda menghindari kerusakan lebih lanjut
dan mengontrol rasa sakit Anda. Terapi manual, atau mobilisasi, dapat
digunakan untuk mengobati masalah dengan keselarasan tulang belakang.
C. Terapi
Swamedikasi Non Farmakologi Gangguan Muskulokeletal (Doenges, E, Marilyn. 1999)
1.
teknik relaksasi
2.
suntikan dengan
obat anestesi atau anti-inflamasi
3.
penguatan otot
dan latihan peregangan
4.
perawatan chiropractic
5.
terapi pijat
6.
aerobik
7.
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Mengonsumsi setidaknya 6 gelas air sehari dapat
menjaga kesehatan otot. Sebenarnya kebutuhan cairan setiap orang berbeda,
tergantung pada pola makan, gender, tingkat aktivitas, suhu, kesehatan dan
usia. Cairan dapat membantu otot melemas setelah berkontraksi, dan melembapkan
sel-sel otot sehingga tidak mudah mengalami ketegangan.
8.
Melakukan peregangan. Lakukan peregangan beberapa saat sebelum dan
setelah, melakukan gerakan tertentu yang menggunakan otot dalam jangka panjang,
seperti akan jogging, bahkan tidur.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia bisa bergerak karena ada rangka
dan otot. Rangka tersebut tidak dapat bergerak sendiri, melainkan dibantu oleh
otot. Dengan adanya kerja sama antara rangka & otot, manusia dapat
berjalan, melompat, berlari dan sebagainya.
3.2 Saran
Demi kebaikan dan kesempurnaan makalah (Gangguan
Muskuloskeletal) yang dibuat penyusun, diharapkan adanya saran-saran yang
membangun. Dikarenakan penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah (Gangguan Muskuloskeletal) ini.
Penyusun,
berharap adanya saran-saran yang membangun. Dikarenakan penyusun menyadari
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah (Gangguan Muskuloskeletal)
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E, Marilyn.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan
pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Pearce, Evelyn. 1992. Anatomi dan
Fisiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
Gibson, John. 2003. Anatomi dan
Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kemalasari,
Tresni, dkk. 2008. DOI. Jakarta : PT. Muliapurna Jayaterbit
Ns. Mohammad judha, M.Kep &
Rizky Erwanto, Ns., S.Kep. 2011. Anatommi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gosyen
Publishing
Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia
Edisi 2. Jakarta : penerbit buku kedokteran
Sirait,
Midin, dkk. 2008. ISO Indonesia. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan
Sloane, ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi
untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan fisiologi
untuk keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran.